Blogger Widgets

Kamis, 10 Mei 2012

demi lovato & selena gomez



































Baby Justin Bieber






accidentally in love by Isna Fahimatul K.



Tak kusangka pekerjaanku semalam membuatku bangun kesiangan pagi ini. Kupanaskan motorku sembari mengunyah sarapan yang sudah ibu siapkan untukku. Akupun bergegas pergi kesekolah berharap tak akan terlambat. Terlihat seorang lelaki yang melintas didepanku secara tiba-tiba, lantas ku hentikan motorku secara mendadak.
Tiba-tiba lelaki tersebut menaiki motorku dan menyuruhku melajukan motorku. Tak ada pilihan lain, kulajukan motorku secepat yang kubisa. Ternyata orang itu adalah Justin Bieber. Tapi saat itu aku tak tau siapa dia.
            Ditengah perjalanan kuhentikan laju motorku dan memaksanya turun.
“kenapa kau turunkan aku disini? Hey, aku tak tau dimana ini,” katanya
            Tak kuhiraukan perkataannya,langsung saja aku bergegas pergi meninggalkannya. Kulihat satpam yang berdiri tegak dibalik gerbang sekolah yang tertutup. Ku coba membujuk satpam itu agar dia mau membukakan pintu gerbang untukku. Tapi ternyata usahaku sia-sia, kuputuskan untuk pergi kesebuah taman dan membaca buku disana. Sedang asyik membaca buku, tiba-tiba seseorang menepuk bahuku dari belakang.
“pemerkosa…tolong…pemerkosa,….”teriakku spontan yang kaget sambil memukul kepalanya menggunakan tas yang ku bawa.
“hey, hentikan pukulanmu”, katanya
Kuhentikan pukulanku, “hah, bukankah dia itu lelaki yang tadi ya?” desisku dalam hati.
“ouch,..” rintihnya
“maaf, aku tak sengaja. ”
“apa? Kau bilang itu tak sengaja?”
“kau yang mengagetkan aku, jadi jangan salahkan aku.” belaku.
“ughf,…apa yang kau bawa didalam tasmu?”
“batu, uhm maksudku batu-batu,”
“apa kau bercanda? untuk apa kau bawa batu-batu?”
“untuk memukul orang-orang sepertimu,” sahutku
Kusunggingkan senyumku berharap dia meredamkan amarahnya. 
“maaf, aku harus pergi sekarang.” Kilahku.
“hey, mau kemana kau? Kau mau membiarkan aku kesakitan disini?”
“lalu apa yang harus kulakukan?”
“ya, setidaknya kau pijit kepalaku?”
            Awalnya aku tak mau memijit kepalanya, tapi karena dia terus merintih dan akupun tak tega akhirnya kupijit kepalanya.
“terimakasih, boleh ku tau namamu?” ucapnya
“panggil saja aku eve”
“eve, nama yang bagus tapi kau tau siapa aku kan?”
“aku rasa tidak, memangnya siapa kamu? Kita kan baru betemu tadi pagi,” ujarku
“apa kamu serius? Kau tak tau siapa aku? Aku ini Justin Bieber”, jelasnya
            Kugelengkan kepalaku tanda tak mengenalnya. Seorang loper majalah melintas didepan kami, diambilnya sebuah majalah yang bercover Justin Bieber.
“lihat, inilah aku” ujarnya.
“ya, memang mirip tapi sepertinya dia bukan kamu, maaf aku sibuk, aku harus pergi sekarang.”
“tunggu shawty,” panggilnya
“bukankah aku sudah bilang, namaku eve bukan shawty, dan apa lagi yang kau inginkan ?”
“kupikir, aku tersesat”
“huh, kau ini menyusahkan saja, apa kau bawa ponselmu?” tanyaku
Ia pun mengangguk.
“kalau begitu hubungi saja keluargamu atau siapapun untuk menjemputmu disini.”
“ide bagus, kenapa hal itu tak terpikirkan olehku ya?”
“dasar bodoh”, bisiku dalam hati
“trima kasih”, ucapnya
“ok, bye,..”sahutku singkat seraya pergi menuju café tempatku bekerja.
            Keesokan harinya, ketika aku membersihkan meja di café tempatku bekerja seseorang memanggilku untuk memesan makanan. Akupun terkejut setelah aku mengetahui bahwa yang memanggilku adalah orang yang menurutku mengaku-ngaku sebagai Justin Bieber.
“kau mau pesan apa?” kataku datar
“shawty, kau bekerja disini?”
“namaku eve, menurutmu? Sudahlah cepat kau pesan, aku sedang sibuk sekarang ini”
            Kuantarkan dengan segera pesanan justin, yaitu chicken steak dan orange juice. Kupersilahkan dia menyantap pesananya tapi tak berapa waktu berselang ia memanggilku kembali dan akupun menghampirinya.
“sepertinya daging ini kurang matang, bisakah kau ganti?”
“baiklah,” sahutku seraya melangkahkan kaki.
“tunggu shawty,” panggilnya kembali
“apa lagi?”
“orange juice ini kurang dingin, bisakah kau ganti dengan yang lebih dingin?”
“kalau begitu pergilah kau ke kutub utara sana dan minumlah orange juicemu itu disana, kurasa kau akan mendapatkan orange juice yang lebih dingin,” jawabku yang sedikit geram.
            Entah mengapa justin tersenyum melihat kegeramanku.
“bolehkah aku menemui menejer café ini?” Tanya justin
“untuk apa?” sahutku
“aku hanya ingin memberitahukan padanya bahwa salah satu karyawannya telah bersikap tidak sopan terhadap pelanggannya.” Tukasnya
“uhm, kurasa kau tak perlu menemuinya, baiklah aku akan berikan yang kau inginkan bila perlu kubawa freezernya didepanmu.”
            Terpaksa aku menuruti semua keinginan justin dengan rasa sebal yang memuncak.
            Malampun datang, tak terasa pekerjaanku pun berakhir. Bergegas aku pulang kerumah bersama sahabatku demi. Dalam perjalanan, kuceritakan hariku yang menyebalkan ini pada demi, namun demi hanya tertawa geli seakan hariku ini bagaikan lawakan yang menarik baginya.
“kau tau siapa lelaki itu?”, Tanya demi
“entahlah, tapi dia pikir dia itu artis,” ujarku
“benarkah? Siapa namanya?”
“katanya dia itu Justin Bieber.”
“benarkah?? Mungkin dia memang Justin Bieber,” sahut demi
“tak tau lah, tapi yang jelas dia itu lelaki yang sangat menyebalkan,”
            Demi kembali tertawa melihat muka geramku. Ditengah perjalanan kulihat ada preman yang sedang berbuat jahat pada seseorang. Dengan sigap kumatikan mesin motorku dan kupukul para preman tersebut menggunakan tasku yang berisikan batu-batu. Kerasnya pukulanku membuat preman itu pingsan.
“trimakasih shawty,” ucap justin
“hah, kamu lagi? Sedang apa kau disini?”
“aku, hanya jalan-jalan,” jawabnya
“Aaaaaaaaaaa,…..” teriak demi
            Demi terkejut ketika tau bahwa lelaki yang ada didepannya itu adalah Justin Bieber, idolanya. Tak pelak demi pun meminta momen ini diabadikan, lantas kupotret demi bersama Justin menggunakan ponsel milik demi. Aku masih tak percaya bahwa Justin adalah artis karena dia sudah melekatkan reputasinya sebagai lelaki menyebalkan padaku.
            Sebuah mobil datang mendekat, rupanya mobil itu milik jasmine, teman justin yang sangat terobsesi menjadi pacar justin. Kutahan emosiku ketika jasmine mengira aku dan demi adalah fans justin yang sedang mengganggu justin. Kuputuskan untuk pulang dengan segala emosi yang masih ada didalam benakku.
            Keesokan harinya terlihat ibuku yang sedang tergolek lemah ditempat tidurnya. Aku sangat khawatir saat itu, sempat kuputuskan untuk tidak pergi kesekolah dan bekerja agar bisa merawat ibuku. Tapi ibu melarangku untuk melakukan itu dan aku tak bisa melawan perkataannya.
            Memang semenjak pagi tadi perasaanku sangat aneh. Aku merasa ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi padaku. Rupanya perasaanku benar adanya, ibuku menghembuskan nafas terakhir saat aku masih bekerja.
            Kutemukan surat-surat dilemari sepeninggal ibu. Didalam surat tersebut, ibu menyuruku untuk mencari seorang laki-laki yang ada di sebuah Foto dan dibalik foto tersebut terdapat alamat dimana laki-laki tersebut tinggal. Ibu juga menyuruhku untuk memberikan sebuah surat dari ibu untuknya. Karena ini adalah amanat terakhir yang ibu berikan padaku, kuputuskan untuk menghubungi demi untuk memintakan izin pada sekolah dan tempat kerjaku agar aku bisa menemukan laki-laki yang ibu cari.
            Tak kuduga rupanya justin mengikutiku dari belakang sedari tadi. Justin tau semua tentangku dari demi, termasuk soal kepergianku untuk mencari seseorang. Justin memaksaku agar dia ikut bersamaku dengan alasan agar ia bisa melindungiku. Kucoba untuk melarangnya ikut bersamaku akan tetapi dia bersikeras untuk tetap ikut bersamaku. Tak ada pilihan lain lagi, kuizinkan dia untuk pergi bersamaku.

            ***
            Kutanyakan alamat yang ada difoto pada orang-orang yang kutemui. Dan ternyata letak alamat tersebut amat sangat jauh dari perkotaan. Tempat tersebut harus melewati hutan dan jalan setapak. Sempat ku berpikir untuk menghentikan perjalananku akan tetapi aku teringat akan pesan terakhir ibuku yang telah tiada dan justinpun terus menyemangatiku. Lantas kuberanikan diri untuk melanjutkan perjalananku dengan segala resiko yang akan ku tanggung.
            Beberapa jam kemudian kami sampai disebuah jalan setapak yang orang-orang maksud. Justin merasa ada sesuatu yang aneh dan ternyata firasat  justin benar, 3 orang perampok menghadang kami secara tiba-tiba.
“serahkan harta kalian, kalau tidak kalian akan kami potong-potong,” kata perampok
“kau pikir kami ini sayuran yang bisa kau potong-potong senakmu,” sahutku.
“shawty, peganglah tanganku, dalam hitungan ketiga kita lari secepat yang kita bisa ”, bisik justin padaku
“baiklah,” kataku seraya memegang tangan justin.
            Dalam hitungan ketiga aku dan justin berlari menuju hutan dan para perampok itu terus mengejar kami. Sampailah kami ditepi jurang air terjun yang curam dan dalam.
“bagaimana ini? Tak ada jalan lain lagi disini.” Kataku yang ketakutan.
“kurasa kita harus terjun dari sini,” ujar justin
“tapi ,”
“kau tak usah takut, ada aku disini,” ucapnya seraya memegang kedua tanganku.
“ish, siapa bilang aku takut, aku Cuma mau bilang kalau ada laba-laba diranselmu.”
            Justin menjerit ketakutan layaknya anak perempuan, akupun tertawa terbahak-bahak sambil menyingkirkan laba-laba yang ada diransel justin. Ketiga perampok tersebut semakin dekat dengan kami dan kami pun memutuskan untuk melompat kebawah air terjun dengan saling berpegangan tangan. Beberapa lama kemudian kutampakan kepalaku diatas permukaan air.
“justin, kita berhasil,…” sorakku
Kulihat kesekeliling permukaan air tapi tak nampak apapun dan tak ada tanda-tanda keberadaan justin. Akupun panik dan mencoba menyelam kembali untuk mencari Justin didasar air. Ternyata justin memang berada didasar air, kucoba untuk membawanya kedaratan dan menyadarkannya. Kupompa dadanya berharap justin akan sadar. Kepanikanku bertambah seraya keluar air mataku saat justin tak kunjung sadar dari pingsannya. Terpaksa kuberikan pernafasan buatan padanya. Tak sia-sia, justinpun sadar dan mengeluarkan air yang terminum.
“syukurlah,..” ucapku
“apa kau tadi memberikan nafas buatan padaku,?” katanya
“tidak, tadi aku hanya, aku hanya,..”
“hanya apa? Kau hanya mengambil kesempatan untuk menciumku kan?” godanya sambil tersenyum girang.
“ish, kau ini, untuk apa aku memberikanmu nafas, nafas ku saja sudah limited edition akibat menyelam kedasar untuk mencarimu,” tukasku
“sudahlah kau tak usah berbohong padaku,..”godanya kembali.
            Akupun berlari karena kesal akan tingkah justin yang terus meledekku. Tanpa sengaja kakiku menyandung sebuah batu, beruntung justin berhasil menangkapku hingga aku tak jatuh kesungai.
“lepaskan aku, seenaknya saja kau memegangku.”
“aku kan hanya ingin menolongmu shawty,” jawabnya
            Kami melanjutkan perjalanan terus masuk kedalam hutan. Beberapa lama kemudian hari mulai berubah gelap. Kamipun memutuskan untuk bermalam dihutan tersebut.
“kalau saja disini ada hotel, pasti tidurku malam ini akan sangat nyaman,” ujar justin
“dasar bodoh, memangnya siapa yang mau membangun hotel ditengah hutan? Bukanya pelanggan yang mereka temui tapi malah macan dan buaya yang mau memangsa mereka.”
Justin tersenyum.
“aduh , perutku lapar sekali” keluhnya
“aku membawa roti ditasku, ambil saja kalau kau mau,”
“kau tak makan?”
“aku belum lapar,”
“ayolah, kau juga harus makan kalu tidak kau bisa sakit nanti, kau mau aku suapi?”
“tak perlu, aku bisa makan sendiri nanti,” tolakku
            Kubuat api dengan menggesekan dua batang kayu diatas batu tapi api yang kuharapkan bisa menghangatkanku tak kunjung menyala dan membuatku kesal.
“kau mau aku bantu?” kata justin
“tak usah,” tolakku kesal,Kulihat justin yang sedang memainkan lighter yang ia pegang, “kenapa kau tak bilang kau membawa lighter, berikan lighter itu padaku,” kataku
“kau bilang kau tak perlu bantuanku,”
Kucoba merebut lighter yang justin pegang, akan tetapi tiba-tiba kakiku tersandung dan tak sengaja mencium pipi kanan justin.
“maaf, aku tak sengaja,”
“tak apa, tapi sepertinya pipi kiriku juga ingin kau cium,hehe..”, sahutnya
“ish, itu sih maumu, sudahlah kau saja yang membuat api.”
            Malam semakin larut, kuusir kebosananku dengan berbincang bersama justin.
“shawty, sebenarnya kau ini mencari siapa?”
“entahlah, ibu menyuruhku mencari orang ini,” jawabku sambil menunjukkan foto orang yang kumaksud.
“sepertinya aku pernah melihat orang ini,”
“benarkah? Apa kau mengenalnya?”
“entahlah, aku lupa”
“kau sendiri, sedang apa kau disini? Sepertinya kau bukan berasal dari sini,”
“sebenarnya sebentar lagi aku mau konser disini,”
“haha, kau masih mengira kau ini artis ya, kau ini lucu sekali. Sudah lah aku mau tidur sekarang.”
“baiklah, selamat malam shawty,..”
            Tak berapa lama kemudian aku tertidur lelap dan tanpa sadar memeluk justin. Kubuka mataku saat matahari pagi mulai muncul, betapa terkejutnya aku saat kulihat posisiku yang sedang memeluk justin. Kulepaskan pelukanku dari justin dan bergegas membasuh diri disebuah sungai yang terdekat dari tempatku bermalam. Justin yang sebenarnya sedari tadi sudah bangun hanya tersenyum melihatku dan kembali tidur. Selesai mandi, kusuruh justin untuk membasuh tubuhnya juga disungai. Sementara justin mandi, aku berkeliling hutan tak jauh dari tempatku bermalam. Terlihat dua orang penebang pohon yang sedang menebang sebuah pohon dihutan tersebut, lantas kutanyakan alamat yang ku cari pada kedua penebang pohon tersebut. Lagi-lagi nasib sial menimpa padaku, desa yang kucari ternyata letaknya masih sangat jauh dari hutan tersebut. Kuhabiskan waktuku didalam hutan selama berhari-hari bersama justin hingga akhirnya sampailah kami pada desa yang aku cari.
            Kutanyakan lelaki yang ada difoto tersebut pada para penduduk desa. Beruntung penduduk desa yang kutanyai mengenal lelaki tersebut karena dia adalah paman dari lelaki yang kucari. Rupanya lelaki yang kucari sudah pindah kesebuah kota. Meskipun kami sangat kecewa saat itu, tapi untungnya penduduk itu menolong kami dengan memberikan alamat baru lelaki tersebut dan menunjukkan jalan yang jauh lebih dekat untuk sampai kejalan raya.

            ***
            Sebuah mobil mendekat kearahku dan justin saat kami sedang berjalan mencari alamat yang kutuju.
“justin, kemana saja kau? Aku dan mom pattie sangat khawatir akan keadaanmu, kita harus pulang sekarang” kata jasmine sambil memeluk justin.
“jasmine tolong lepaskan pelukanmu, aku tak bisa pulang sekarang,” seraya melepaskan pelukan jasmine
“tapi kenapa justin? Apa gara-gara wanita murahan ini kau tak mau pulang denganku?”
“apa? Kau jangan seenaknya bicara seperti itu, dia bukanlah wanita murahan seperti yang kau kira ”, kata justin membelaku.
“sudahlah aku tak mau ribut sekarang, sebaiknya kau pulang justin,temuilah ibumu yang sedang mengkhawatirkanmu.” Bujuku.
“tapi kau belum menemukan apa yang kau cari,”
“tak apa, sebentar lagi alamat ini pasti kutemukan,”
            Kubujuk justin agar ia mau pulang bersama jasmine. Aku hanya tak ingin ibu justin terus mengkhawatirkan justin karena aku pernah membuat ibuku sangat mengkhawatirkanku hingga ia jatuh sakit dan aku tak mau itu terjadi pada ibu justin. Akhirnya ia pun mau pulang bersama dengan jasmine.
            Kali ini nasib baik datang padaku, tak lama aku mencarinya, sampailah aku pada kompleks perumahan mewah nan elit. Kutemukan alamat yang kutuju dan bertemu dengan lelaki yang kucari. Kuberikan surat yang ibu tulis untuknya. Betapa terkejutnya aku ketika tiba-tiba lelaki tersebut mengaku sebagai ayahku. Awalnya aku sama sekali tidak mempercayai kata-katanya, lantas ia menjelaskan semuanya secara detail. Akhirnya akupun mempercayainya dan kini aku tinggal bersamanya.

            ***
            Beberapa hari berpetualang didalam hutan bersama justin sudah cukup membuatku jatuh cinta pada justin. Tiba-tiba aku merasa sangat merindukannya dan ingin bertemu dengannya. Tapi apa daya, aku tak tau dimana keberadaan justin sekarang. Kucoba untuk melupakanya, tapi bayang-bayang justin terus berlarian difikiranku.
            Kutemukan dua buah tiket koser diatas meja belajarku seusai mandi. Terpampang wajah Justin Bieber didalam tiket tersebut. Ternyata tiket itu dari ayahku, dia adalah promotor yang menyelenggarakan konser tersebut. Kuajak demi untuk menonton konser Justin karena dia sangat mengidolakan justin.
            Aku dan demi duduk dibarisan kursi VVIP sehingga aku duduk tepat didepan panggung dimana justin akan tampil. Konserpun dimulai, setelah penampilan dari band pembuka usai, justin keluar dan menyanyikan lagu-lagu hitsnya. Aku kagum dan terpesona akan keindahan suara justin hingga aku terus memperhatikan justin.
Tak disangka justin mengajakku keatas panggung sambil menyanyikan lagu ‘U Smile’. Aku masih shock dan tak bisa berkata apapun melihat bahwa laki-laki yang ada didepanku adalah lelaki yang selama ini kurindukan. Diajaknya aku kebelakang panggung seusai lagu berakhir karena ada penampilan dari bintang tamu.
Kucoba untuk tenang dan bersikap biasa saja padanya, sampai akhirnya *cup* dia mengecup bibirku.
“kau, apa maksudmu?” tanyaku
“maukah kau menjadi kekasihku?”seraya memberikan seikat bunga padaku.
            Tangis haruku keluar seakan tak mempercayai kenyataan yang kuhadapi. Kupeluk tubuh justin tanda menerima pernyataan cinta darinya, dibalasnya pelukanku dengan penuh kebahagiaan yang tersirat diwajahnya. Jasmine datang tiba-tiba dan langsung memisahkan pelukanku dengan justin.
“apa-apaan kau ini?” kata justin
“kau yang apa-apaan? Kenapa kau berani memeluk gadis murahan ini didepanku?” sahutnya
“gadis ini adalah kekasihku sekarang, jadi wajar saja aku memeluknya, lagi pula siapa kau ini? Kau bukan siapa-siapaku, kau tak berhak mengatur hidupku,”
            Melihat keributan ini, lantas ayah datang menghampiri kami.
“ada apa ini?” katanya
“gadis ini sudah mengganggu konser justin, sebaiknya anda usir jauh-jauh gadis ini,” ujar jasmine
“kurasa konser justin sejauh ini baik-baik saja, tak ada yang terganggu sedikitpun, lagi pula aku tak mungkin mengusir anakku sendiri, sebaliknya anda yang seharusnya pergi dari sin” Kata ayah membelaku.
            Kujelaskan pada justin bahwa orang yang selama ini aku dan justin cari sebenarnya ialah ayah kandungku yang mana dia adalah promotor dari konser justin. Kontan justin dan jasminepun kaget mengetahui bahwa sebenarnya aku adalah anak dari penyelenggara konser justin. Jasmine yang malu dan kesal segera pergi dari tempat konser justin dan pulang kehotel. Sedangkan justin menyelesaikan konsernya dengan sukses dan meriah.


>>>FIN<<<


Give me your comment please, cz your comment is really worth for me.... ^_^

Seperti Chakki dan Okoiku


Tak biasanya langit biru nan cerah berubah menjadi gelap dan mencekam. Kakek tua yang tinggal diatas bukit lari tergopoh-gopoh membawaku diatas punggungnya yang bungkuk dengan sedikit tenaganya yang masih tersisa. Keesokan harinya, ia menjemuruku dibawah terik matahari yang sangat panas bagaikan di savana hingga aku mengering dan tak mempunyai setetes airpun ditubuhku.
 Digubugnya yang sudah reot ia mulai memotong-motongku dengan kapaknya yang tajam, dilanjutkan dengan gambar-gambar sketsa yang tak jelas. Aku tak tau, ditanganya akan dijadikan apa aku nanti. Aku hanya pasrah dan rela tubuhku dipotong-potong sesukanya.
Gambar-gambar sketsa itu semakin lama semakin jelas dan bermakna. Ia mangukir tubuhku dengan sangat teliti. Walaupun matanya berair dan tak bisa melihat dengan jelas seperti sewaktu muda dulu tapi dengan bantuan kaca mata dan luv peniggalan ayahnya ia terus mengukirku dengan hati-hati.
Hari berganti hari bulan berganti bulan tubuh ku mulai terbentuk. Ia menggosok-gosoku menggunakan ampelas agar tubuhku yang kasar menjadi halus dilanjutkan dengan pulasan kuas cat yang bewarna-warni hingga menimbulkan warna yang apik. Dijemurnya kembali aku dibawah sinar matahari hingga warna itu semakin melekat dalam diriku.
Rupanya ia menjadikanku sebuah boneka , boneka kayu yang menurutku mempunyai arti seni yang tinggi. Aku berharap aku bisa seperti pinokio yang bisa memperoleh nyawa dari seorang peri biru yang cantik agar aku bisa menemani dan membantu kakek tua yang telah menciptakanku. Tapi aku tau, itu semua hanyalah sebuah dongeng yang sampai kapanpun tak akan bisa menjadi kenyataan.

***

 Saat mentari masih bersembunyi, kakek tua membawaku pergi dari gubug reotnya. Aku bertanya pada kakek tua itu, kemanakah akan kau bawa diriku ini? Kakek tua hanya diam dan terus melangkahkan kakinya. Jelas saja, sampai kapanpun dia tak akan bisa medengarkanku. Aku terus bertanya pada diriku sendiri, “apakah dia akan membuangku? Atau apakah dia akan menjualku?”
Pertanyaan itu terus berada dalam benakku hingga aku dan kakek tua sampai disebuah tempat dimana banyak sekali orang yang berlalu lalang. Lantas ia berjalan menuju kesebuah toko boneka,seketika itu pertanyaan yang selama ini aku tanyakan terjawab. Ya, aku dijual kakek tua itu, aku sedih karena harus meninggalkan kakek tua tapi aku juga senang karena bisa membantunya menghasilkan uang untuk kelangsungan hidupnya.
Didalam toko tersebut banyak sekali terdapat boneka- boneka buatan pabrik yang modern dan cantik. Bonekak-boneka itu mentertawaiku karena aku hanya dibuat dengan kayu dan tak menarik, mereka pikir aku hanya akan menjadi pajangan yang tak berguna dan tak akan ada seorang anakpun yang akan membeliku.
Benar saja, sekian lama aku disini tak ada seorang anakpun membeli diriku, bahkan menyentuhpun tidak.  Yang membuatku sakit adalah ada seorang anak yang berkata pada ibunya, “ ibu, aku tidak mau melihat boneka itu, boneka itu sangat menyeramkan,cepat buang boneka itu !!!” .
Aku kembali berpikir,” apakah aku seburuk itu? Apakah ciptaan kakek tua ini gagal? Hingga anak-anak pun menganggap diriku sesuatu yang menyeramkan”. Boneka-boneka modern itu semakin metertawaiku, tapi aku terus mendongakkan kepala dan yakin suatu saat ada yang ingin memilikiku dan menyanyangiku dengan sepenuh hati.

Semakin lama warnaku semakin pudar dan tak menarik lagi seperti dulu. Wanita penjaga toko tiba-tiba datang menghampiriku, dia membawaku pergi dari rak tempat ku dan lainnya dipamerkan. Aku bertanya-tanya, akan dibawa kemana lagi aku ini? Boneka-boneka modern itu kembali mongolok-olok dan mentertawaiku. Aku tak memperdulikan apa kata mereka, aku hanya berpikir mungkin wanita ini akan memberikanku pada anaknya.
Wanita penjaga toko menghentikan langkahnya disebuah ruangan yang gelap dan pengap. Ya, itu adalah sebuah gudang. Ditempat itulah dia meletakkanku dan membiarkanku bersama barang-barang rongsokan lainnya. Kulihat juga disana banyak sekali boneka-boneka yang tak terjual seperti diriku, mereka sudah berputus asa dan pasrah dimakan para rayap.
Sudah bertahun-tahun aku ditempatkan di ruangan ini, setiap ada orang yang masuk aku berpikir mereka akan mengambilku kembali dan memainkan diriku. Tapi kenyataan berkata lain, mereka masuk hanya untuk meletakan boneka yang tak terjual sama sepertiku dulu. Boneka-boneka disni sama saja dengan boneka-boneka diluar sana, mereka selalu mentertawaiku karena aku masih percaya akan ada orang yang ingin memilikiku.
Semakin lama keyakinanku memudar, aku sudah berputus asa dan memasrahkan tubuhku dimakan rayap-rayap yang lapar. Tiba-tiba saja seorang lelaki gagah mengambilku dan membawaku pergi dari tempat mengerikan itu, seketika itu aku kembali bersemangat dan berbalik mengolok-olok yang lainnya.
Sesampainya dirumah lelaki itu, tiba-tiba saja dia melemparku ke dalam kobaran api yang sanagat panas. Seketika itu juga aku menjerit “ kenapa kau membuangku kesini? Apa salahku? Aku ini bukan chaki ataupun okoiku, tapi kenapa tak ada orang didunia ini yang ingin memilikiku?”. Tapi apa daya, mereka tak bisa mendengar jeritanku dan hanya bisa memandangku hingga badanku menjadi abu sepenuhnya.


Give me your comment please, cz your comment is really worth for me.... ^_^