Tak kusangka pekerjaanku
semalam membuatku bangun kesiangan pagi ini. Kupanaskan motorku sembari
mengunyah sarapan yang sudah ibu siapkan untukku. Akupun bergegas pergi
kesekolah berharap tak akan terlambat. Terlihat seorang lelaki yang melintas
didepanku secara tiba-tiba, lantas ku hentikan motorku secara mendadak.
Tiba-tiba
lelaki tersebut menaiki motorku dan menyuruhku melajukan motorku. Tak ada
pilihan lain, kulajukan motorku secepat yang kubisa. Ternyata orang itu adalah Justin Bieber. Tapi saat itu aku tak tau siapa
dia.
Ditengah perjalanan kuhentikan laju motorku dan
memaksanya turun.
“kenapa kau turunkan aku
disini? Hey, aku tak tau dimana ini,” katanya
Tak kuhiraukan perkataannya,langsung saja aku bergegas
pergi meninggalkannya. Kulihat satpam yang berdiri tegak dibalik gerbang
sekolah yang tertutup. Ku coba membujuk satpam itu agar dia mau membukakan
pintu gerbang untukku. Tapi ternyata usahaku sia-sia, kuputuskan untuk pergi
kesebuah taman dan membaca buku disana. Sedang asyik membaca buku, tiba-tiba
seseorang menepuk bahuku dari belakang.
“pemerkosa…tolong…pemerkosa,….”teriakku
spontan yang kaget sambil memukul kepalanya menggunakan tas yang ku bawa.
“hey,
hentikan pukulanmu”, katanya
Kuhentikan
pukulanku, “hah, bukankah dia itu lelaki yang tadi ya?” desisku dalam hati.
“ouch,..”
rintihnya
“maaf,
aku tak sengaja. ”
“apa?
Kau bilang itu tak sengaja?”
“kau
yang mengagetkan aku, jadi jangan salahkan aku.” belaku.
“ughf,…apa
yang kau bawa didalam tasmu?”
“batu,
uhm maksudku batu-batu,”
“apa
kau bercanda? untuk apa kau bawa batu-batu?”
“untuk
memukul orang-orang sepertimu,” sahutku
Kusunggingkan senyumku berharap dia meredamkan
amarahnya.
“maaf,
aku harus pergi sekarang.” Kilahku.
“hey,
mau kemana kau? Kau mau membiarkan aku kesakitan disini?”
“lalu
apa yang harus kulakukan?”
“ya,
setidaknya kau pijit kepalaku?”
Awalnya aku tak mau memijit
kepalanya, tapi karena dia terus merintih dan akupun tak tega akhirnya kupijit
kepalanya.
“terimakasih,
boleh ku tau namamu?” ucapnya
“panggil
saja aku eve”
“eve,
nama yang bagus tapi kau tau siapa aku kan?”
“aku
rasa tidak, memangnya siapa kamu? Kita kan baru betemu tadi pagi,” ujarku
“apa
kamu serius? Kau tak tau siapa aku? Aku ini Justin Bieber”, jelasnya
Kugelengkan kepalaku tanda tak
mengenalnya. Seorang loper majalah melintas didepan kami, diambilnya sebuah
majalah yang bercover Justin Bieber.
“lihat,
inilah aku” ujarnya.
“ya,
memang mirip tapi sepertinya dia bukan kamu, maaf aku sibuk, aku harus pergi
sekarang.”
“tunggu
shawty,” panggilnya
“bukankah
aku sudah bilang, namaku eve bukan shawty, dan apa lagi yang kau inginkan ?”
“kupikir,
aku tersesat”
“huh,
kau ini menyusahkan saja, apa kau bawa ponselmu?” tanyaku
Ia
pun mengangguk.
“kalau
begitu hubungi saja keluargamu atau siapapun untuk menjemputmu disini.”
“ide
bagus, kenapa hal itu tak terpikirkan olehku ya?”
“dasar
bodoh”, bisiku dalam hati
“trima
kasih”, ucapnya
“ok,
bye,..”sahutku singkat seraya pergi menuju café tempatku bekerja.
Keesokan harinya, ketika aku
membersihkan meja di café tempatku bekerja seseorang memanggilku untuk memesan
makanan. Akupun terkejut setelah aku mengetahui bahwa yang memanggilku adalah
orang yang menurutku mengaku-ngaku sebagai Justin Bieber.
“kau
mau pesan apa?” kataku datar
“shawty,
kau bekerja disini?”
“namaku
eve, menurutmu? Sudahlah cepat kau pesan, aku sedang sibuk sekarang ini”
Kuantarkan dengan segera pesanan
justin, yaitu chicken steak dan orange juice. Kupersilahkan dia menyantap
pesananya tapi tak berapa waktu berselang ia memanggilku kembali dan akupun
menghampirinya.
“sepertinya
daging ini kurang matang, bisakah kau ganti?”
“baiklah,”
sahutku seraya melangkahkan kaki.
“tunggu
shawty,” panggilnya kembali
“apa
lagi?”
“orange
juice ini kurang dingin, bisakah kau ganti dengan yang lebih dingin?”
“kalau
begitu pergilah kau ke kutub utara sana dan minumlah orange juicemu itu disana,
kurasa kau akan mendapatkan orange juice yang lebih dingin,” jawabku yang
sedikit geram.
Entah mengapa justin tersenyum
melihat kegeramanku.
“bolehkah
aku menemui menejer café ini?” Tanya justin
“untuk
apa?” sahutku
“aku
hanya ingin memberitahukan padanya bahwa salah satu karyawannya telah bersikap
tidak sopan terhadap pelanggannya.” Tukasnya
“uhm,
kurasa kau tak perlu menemuinya, baiklah aku akan berikan yang kau inginkan
bila perlu kubawa freezernya didepanmu.”
Terpaksa aku menuruti semua
keinginan justin dengan rasa sebal yang memuncak.
Malampun datang, tak terasa
pekerjaanku pun berakhir. Bergegas aku pulang kerumah bersama sahabatku demi.
Dalam perjalanan, kuceritakan hariku yang menyebalkan ini pada demi, namun demi
hanya tertawa geli seakan hariku ini bagaikan lawakan yang menarik baginya.
“kau
tau siapa lelaki itu?”, Tanya demi
“entahlah,
tapi dia pikir dia itu artis,” ujarku
“benarkah?
Siapa namanya?”
“katanya
dia itu Justin Bieber.”
“benarkah??
Mungkin dia memang Justin Bieber,” sahut demi
“tak
tau lah, tapi yang jelas dia itu lelaki yang sangat menyebalkan,”
Demi kembali tertawa melihat muka
geramku. Ditengah perjalanan kulihat ada preman yang sedang berbuat jahat pada
seseorang. Dengan sigap kumatikan mesin motorku dan kupukul para preman
tersebut menggunakan tasku yang berisikan batu-batu. Kerasnya pukulanku membuat
preman itu pingsan.
“trimakasih
shawty,” ucap justin
“hah,
kamu lagi? Sedang apa kau disini?”
“aku,
hanya jalan-jalan,” jawabnya
“Aaaaaaaaaaa,…..”
teriak demi
Demi terkejut ketika tau bahwa
lelaki yang ada didepannya itu adalah Justin Bieber, idolanya. Tak pelak demi
pun meminta momen ini diabadikan, lantas kupotret demi bersama Justin
menggunakan ponsel milik demi. Aku masih tak percaya bahwa Justin adalah artis
karena dia sudah melekatkan reputasinya sebagai lelaki menyebalkan padaku.
Sebuah mobil datang mendekat,
rupanya mobil itu milik jasmine, teman justin yang sangat terobsesi menjadi
pacar justin. Kutahan emosiku ketika jasmine mengira aku dan demi adalah fans
justin yang sedang mengganggu justin. Kuputuskan untuk pulang dengan segala
emosi yang masih ada didalam benakku.
Keesokan harinya terlihat ibuku yang
sedang tergolek lemah ditempat tidurnya. Aku sangat khawatir saat itu, sempat
kuputuskan untuk tidak pergi kesekolah dan bekerja agar bisa merawat ibuku.
Tapi ibu melarangku untuk melakukan itu dan aku tak bisa melawan perkataannya.
Memang semenjak pagi tadi perasaanku
sangat aneh. Aku merasa ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi padaku.
Rupanya perasaanku benar adanya, ibuku menghembuskan nafas terakhir saat aku
masih bekerja.
Kutemukan surat-surat dilemari
sepeninggal ibu. Didalam surat tersebut, ibu menyuruku untuk mencari seorang
laki-laki yang ada di sebuah Foto dan dibalik foto tersebut terdapat alamat
dimana laki-laki tersebut tinggal. Ibu juga menyuruhku untuk memberikan sebuah
surat dari ibu untuknya. Karena ini adalah amanat terakhir yang ibu berikan padaku,
kuputuskan untuk menghubungi demi untuk memintakan izin pada sekolah dan tempat
kerjaku agar aku bisa menemukan laki-laki yang ibu cari.
Tak kuduga rupanya justin
mengikutiku dari belakang sedari tadi. Justin tau semua tentangku dari demi,
termasuk soal kepergianku untuk mencari seseorang. Justin memaksaku agar dia
ikut bersamaku dengan alasan agar ia bisa melindungiku. Kucoba untuk
melarangnya ikut bersamaku akan tetapi dia bersikeras untuk tetap ikut
bersamaku. Tak ada pilihan lain lagi, kuizinkan dia untuk pergi bersamaku.
***
Kutanyakan alamat yang ada difoto
pada orang-orang yang kutemui. Dan ternyata letak alamat tersebut amat sangat
jauh dari perkotaan. Tempat tersebut harus melewati hutan dan jalan setapak.
Sempat ku berpikir untuk menghentikan perjalananku akan tetapi aku teringat
akan pesan terakhir ibuku yang telah tiada dan justinpun terus menyemangatiku.
Lantas kuberanikan diri untuk melanjutkan perjalananku dengan segala resiko
yang akan ku tanggung.
Beberapa jam kemudian kami sampai disebuah
jalan setapak yang orang-orang maksud. Justin merasa ada sesuatu yang aneh dan
ternyata firasat justin benar, 3 orang
perampok menghadang kami secara tiba-tiba.
“serahkan
harta kalian, kalau tidak kalian akan kami potong-potong,” kata perampok
“kau
pikir kami ini sayuran yang bisa kau potong-potong senakmu,” sahutku.
“shawty,
peganglah tanganku, dalam hitungan ketiga kita lari secepat yang kita bisa ”,
bisik justin padaku
“baiklah,”
kataku seraya memegang tangan justin.
Dalam hitungan ketiga aku dan justin
berlari menuju hutan dan para perampok itu terus mengejar kami. Sampailah kami
ditepi jurang air terjun yang curam dan dalam.
“bagaimana
ini? Tak ada jalan lain lagi disini.” Kataku yang ketakutan.
“kurasa
kita harus terjun dari sini,” ujar justin
“tapi
,”
“kau
tak usah takut, ada aku disini,” ucapnya seraya memegang kedua tanganku.
“ish,
siapa bilang aku takut, aku Cuma mau bilang kalau ada laba-laba diranselmu.”
Justin menjerit ketakutan layaknya
anak perempuan, akupun tertawa terbahak-bahak sambil menyingkirkan laba-laba
yang ada diransel justin. Ketiga perampok tersebut semakin dekat dengan kami
dan kami pun memutuskan untuk melompat kebawah air terjun dengan saling
berpegangan tangan. Beberapa lama kemudian kutampakan kepalaku diatas permukaan
air.
“justin,
kita berhasil,…” sorakku
Kulihat kesekeliling permukaan air tapi tak nampak apapun
dan tak ada tanda-tanda keberadaan justin. Akupun panik dan mencoba menyelam
kembali untuk mencari Justin didasar air. Ternyata justin memang berada didasar
air, kucoba untuk membawanya kedaratan dan menyadarkannya. Kupompa dadanya
berharap justin akan sadar. Kepanikanku bertambah seraya keluar air mataku saat
justin tak kunjung sadar dari pingsannya. Terpaksa kuberikan pernafasan buatan
padanya. Tak sia-sia, justinpun sadar dan mengeluarkan air yang terminum.
“syukurlah,..”
ucapku
“apa
kau tadi memberikan nafas buatan padaku,?” katanya
“tidak,
tadi aku hanya, aku hanya,..”
“hanya apa? Kau hanya mengambil kesempatan untuk menciumku kan?” godanya sambil tersenyum girang.
“hanya apa? Kau hanya mengambil kesempatan untuk menciumku kan?” godanya sambil tersenyum girang.
“ish,
kau ini, untuk apa aku memberikanmu nafas, nafas ku saja sudah limited edition
akibat menyelam kedasar untuk mencarimu,” tukasku
“sudahlah
kau tak usah berbohong padaku,..”godanya kembali.
Akupun berlari karena kesal akan
tingkah justin yang terus meledekku. Tanpa sengaja kakiku menyandung sebuah
batu, beruntung justin berhasil menangkapku hingga aku tak jatuh kesungai.
“lepaskan
aku, seenaknya saja kau memegangku.”
“aku
kan hanya ingin menolongmu shawty,” jawabnya
Kami melanjutkan perjalanan terus
masuk kedalam hutan. Beberapa lama kemudian hari mulai berubah gelap. Kamipun
memutuskan untuk bermalam dihutan tersebut.
“kalau
saja disini ada hotel, pasti tidurku malam ini akan sangat nyaman,” ujar justin
“dasar
bodoh, memangnya siapa yang mau membangun hotel ditengah hutan? Bukanya
pelanggan yang mereka temui tapi malah macan dan buaya yang mau memangsa
mereka.”
Justin
tersenyum.
“aduh
, perutku lapar sekali” keluhnya
“aku
membawa roti ditasku, ambil saja kalau kau mau,”
“kau
tak makan?”
“aku
belum lapar,”
“ayolah,
kau juga harus makan kalu tidak kau bisa sakit nanti, kau mau aku suapi?”
“tak
perlu, aku bisa makan sendiri nanti,” tolakku
Kubuat api dengan menggesekan dua
batang kayu diatas batu tapi api yang kuharapkan bisa menghangatkanku tak
kunjung menyala dan membuatku kesal.
“kau
mau aku bantu?” kata justin
“tak
usah,” tolakku kesal,Kulihat justin yang sedang memainkan lighter yang ia
pegang, “kenapa kau tak bilang kau membawa lighter, berikan lighter itu
padaku,” kataku
“kau
bilang kau tak perlu bantuanku,”
Kucoba merebut lighter yang justin pegang, akan tetapi
tiba-tiba kakiku tersandung dan tak sengaja mencium pipi kanan justin.
“maaf,
aku tak sengaja,”
“tak
apa, tapi sepertinya pipi kiriku juga ingin kau cium,hehe..”, sahutnya
“ish,
itu sih maumu, sudahlah kau saja yang membuat api.”
Malam semakin larut, kuusir
kebosananku dengan berbincang bersama justin.
“shawty,
sebenarnya kau ini mencari siapa?”
“entahlah,
ibu menyuruhku mencari orang ini,” jawabku sambil menunjukkan foto orang yang
kumaksud.
“sepertinya
aku pernah melihat orang ini,”
“benarkah?
Apa kau mengenalnya?”
“entahlah,
aku lupa”
“kau
sendiri, sedang apa kau disini? Sepertinya kau bukan berasal dari sini,”
“sebenarnya
sebentar lagi aku mau konser disini,”
“haha,
kau masih mengira kau ini artis ya, kau ini lucu sekali. Sudah lah aku mau
tidur sekarang.”
“baiklah,
selamat malam shawty,..”
Tak berapa lama kemudian aku
tertidur lelap dan tanpa sadar memeluk justin. Kubuka mataku saat matahari pagi
mulai muncul, betapa terkejutnya aku saat kulihat posisiku yang sedang memeluk
justin. Kulepaskan pelukanku dari justin dan bergegas membasuh diri disebuah
sungai yang terdekat dari tempatku bermalam. Justin yang sebenarnya sedari tadi
sudah bangun hanya tersenyum melihatku dan kembali tidur. Selesai mandi,
kusuruh justin untuk membasuh tubuhnya juga disungai. Sementara justin mandi,
aku berkeliling hutan tak jauh dari tempatku bermalam. Terlihat dua orang
penebang pohon yang sedang menebang sebuah pohon dihutan tersebut, lantas
kutanyakan alamat yang ku cari pada kedua penebang pohon tersebut. Lagi-lagi
nasib sial menimpa padaku, desa yang kucari ternyata letaknya masih sangat jauh
dari hutan tersebut. Kuhabiskan waktuku didalam hutan selama berhari-hari
bersama justin hingga akhirnya sampailah kami pada desa yang aku cari.
Kutanyakan lelaki yang ada difoto
tersebut pada para penduduk desa. Beruntung penduduk desa yang kutanyai
mengenal lelaki tersebut karena dia adalah paman dari lelaki yang kucari.
Rupanya lelaki yang kucari sudah pindah kesebuah kota. Meskipun kami sangat
kecewa saat itu, tapi untungnya penduduk itu menolong kami dengan memberikan
alamat baru lelaki tersebut dan menunjukkan jalan yang jauh lebih dekat untuk
sampai kejalan raya.
***
Sebuah mobil mendekat kearahku dan
justin saat kami sedang berjalan mencari alamat yang kutuju.
“justin,
kemana saja kau? Aku dan mom pattie sangat khawatir akan keadaanmu, kita harus
pulang sekarang” kata jasmine sambil memeluk justin.
“jasmine
tolong lepaskan pelukanmu, aku tak bisa pulang sekarang,” seraya melepaskan
pelukan jasmine
“tapi
kenapa justin? Apa gara-gara wanita murahan ini kau tak mau pulang denganku?”
“apa?
Kau jangan seenaknya bicara seperti itu, dia bukanlah wanita murahan seperti
yang kau kira ”, kata justin membelaku.
“sudahlah
aku tak mau ribut sekarang, sebaiknya kau pulang justin,temuilah ibumu yang
sedang mengkhawatirkanmu.” Bujuku.
“tapi
kau belum menemukan apa yang kau cari,”
“tak
apa, sebentar lagi alamat ini pasti kutemukan,”
Kubujuk justin agar ia mau pulang
bersama jasmine. Aku hanya tak ingin ibu justin terus mengkhawatirkan justin
karena aku pernah membuat ibuku sangat mengkhawatirkanku hingga ia jatuh sakit
dan aku tak mau itu terjadi pada ibu justin. Akhirnya ia pun mau pulang bersama
dengan jasmine.
Kali ini nasib baik datang padaku,
tak lama aku mencarinya, sampailah aku pada kompleks perumahan mewah nan elit.
Kutemukan alamat yang kutuju dan bertemu dengan lelaki yang kucari. Kuberikan
surat yang ibu tulis untuknya. Betapa terkejutnya aku ketika tiba-tiba lelaki
tersebut mengaku sebagai ayahku. Awalnya aku sama sekali tidak mempercayai
kata-katanya, lantas ia menjelaskan semuanya secara detail. Akhirnya akupun
mempercayainya dan kini aku tinggal bersamanya.
***
Beberapa hari berpetualang didalam
hutan bersama justin sudah cukup membuatku jatuh cinta pada justin. Tiba-tiba
aku merasa sangat merindukannya dan ingin bertemu dengannya. Tapi apa daya, aku
tak tau dimana keberadaan justin sekarang. Kucoba untuk melupakanya, tapi
bayang-bayang justin terus berlarian difikiranku.
Kutemukan dua buah tiket koser
diatas meja belajarku seusai mandi. Terpampang wajah Justin Bieber didalam
tiket tersebut. Ternyata tiket itu dari ayahku, dia adalah promotor yang
menyelenggarakan konser tersebut. Kuajak demi untuk menonton konser Justin
karena dia sangat mengidolakan justin.
Aku dan demi duduk dibarisan kursi
VVIP sehingga aku duduk tepat didepan panggung dimana justin akan tampil.
Konserpun dimulai, setelah penampilan dari band pembuka usai, justin keluar dan
menyanyikan lagu-lagu hitsnya. Aku kagum dan terpesona akan keindahan suara
justin hingga aku terus memperhatikan justin.
Tak disangka justin mengajakku keatas panggung sambil
menyanyikan lagu ‘U Smile’. Aku masih shock dan tak bisa berkata apapun melihat
bahwa laki-laki yang ada didepanku adalah lelaki yang selama ini kurindukan.
Diajaknya aku kebelakang panggung seusai lagu berakhir karena ada penampilan
dari bintang tamu.
Kucoba untuk tenang dan bersikap biasa saja padanya,
sampai akhirnya *cup* dia mengecup bibirku.
“kau,
apa maksudmu?” tanyaku
“maukah
kau menjadi kekasihku?”seraya memberikan seikat bunga padaku.
Tangis haruku keluar seakan tak
mempercayai kenyataan yang kuhadapi. Kupeluk tubuh justin tanda menerima
pernyataan cinta darinya, dibalasnya pelukanku dengan penuh kebahagiaan yang
tersirat diwajahnya. Jasmine datang tiba-tiba dan langsung memisahkan pelukanku
dengan justin.
“apa-apaan
kau ini?” kata justin
“kau
yang apa-apaan? Kenapa kau berani memeluk gadis murahan ini didepanku?”
sahutnya
“gadis
ini adalah kekasihku sekarang, jadi wajar saja aku memeluknya, lagi pula siapa
kau ini? Kau bukan siapa-siapaku, kau tak berhak mengatur hidupku,”
Melihat keributan ini, lantas ayah
datang menghampiri kami.
“ada
apa ini?” katanya
“gadis
ini sudah mengganggu konser justin, sebaiknya anda usir jauh-jauh gadis ini,”
ujar jasmine
“kurasa
konser justin sejauh ini baik-baik saja, tak ada yang terganggu sedikitpun,
lagi pula aku tak mungkin mengusir anakku sendiri, sebaliknya anda yang
seharusnya pergi dari sin” Kata ayah membelaku.
Kujelaskan pada justin bahwa orang
yang selama ini aku dan justin cari sebenarnya ialah ayah kandungku yang mana
dia adalah promotor dari konser justin. Kontan justin dan jasminepun kaget
mengetahui bahwa sebenarnya aku adalah anak dari penyelenggara konser justin.
Jasmine yang malu dan kesal segera pergi dari tempat konser justin dan pulang
kehotel. Sedangkan justin menyelesaikan konsernya dengan sukses dan meriah.
>>>FIN<<<
Give me your comment please, cz your comment is really worth for me.... ^_^
Give me your comment please, cz your comment is really worth for me.... ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar