Tak biasanya langit biru nan cerah berubah menjadi gelap dan mencekam. Kakek tua yang tinggal diatas bukit lari tergopoh-gopoh membawaku diatas punggungnya yang bungkuk dengan sedikit tenaganya yang masih tersisa. Keesokan harinya, ia menjemuruku dibawah terik matahari yang sangat panas bagaikan di savana hingga aku mengering dan tak mempunyai setetes airpun ditubuhku.
Digubugnya yang sudah reot ia mulai memotong-motongku dengan kapaknya yang tajam, dilanjutkan dengan gambar-gambar sketsa yang tak jelas. Aku tak tau, ditanganya akan dijadikan apa aku nanti. Aku hanya pasrah dan rela tubuhku dipotong-potong sesukanya.
Gambar-gambar sketsa itu semakin lama semakin jelas dan bermakna. Ia mangukir tubuhku dengan sangat teliti. Walaupun matanya berair dan tak bisa melihat dengan jelas seperti sewaktu muda dulu tapi dengan bantuan kaca mata dan luv peniggalan ayahnya ia terus mengukirku dengan hati-hati.
Hari berganti hari bulan berganti bulan tubuh ku mulai terbentuk. Ia menggosok-gosoku menggunakan ampelas agar tubuhku yang kasar menjadi halus dilanjutkan dengan pulasan kuas cat yang bewarna-warni hingga menimbulkan warna yang apik. Dijemurnya kembali aku dibawah sinar matahari hingga warna itu semakin melekat dalam diriku.
Rupanya ia menjadikanku sebuah boneka , boneka kayu yang menurutku mempunyai arti seni yang tinggi. Aku berharap aku bisa seperti pinokio yang bisa memperoleh nyawa dari seorang peri biru yang cantik agar aku bisa menemani dan membantu kakek tua yang telah menciptakanku. Tapi aku tau, itu semua hanyalah sebuah dongeng yang sampai kapanpun tak akan bisa menjadi kenyataan.
***
Saat mentari masih bersembunyi, kakek tua membawaku pergi dari gubug reotnya. Aku bertanya pada kakek tua itu, kemanakah akan kau bawa diriku ini? Kakek tua hanya diam dan terus melangkahkan kakinya. Jelas saja, sampai kapanpun dia tak akan bisa medengarkanku. Aku terus bertanya pada diriku sendiri, “apakah dia akan membuangku? Atau apakah dia akan menjualku?”
Pertanyaan itu terus berada dalam benakku hingga aku dan kakek tua sampai disebuah tempat dimana banyak sekali orang yang berlalu lalang. Lantas ia berjalan menuju kesebuah toko boneka,seketika itu pertanyaan yang selama ini aku tanyakan terjawab. Ya, aku dijual kakek tua itu, aku sedih karena harus meninggalkan kakek tua tapi aku juga senang karena bisa membantunya menghasilkan uang untuk kelangsungan hidupnya.
Didalam toko tersebut banyak sekali terdapat boneka- boneka buatan pabrik yang modern dan cantik. Bonekak-boneka itu mentertawaiku karena aku hanya dibuat dengan kayu dan tak menarik, mereka pikir aku hanya akan menjadi pajangan yang tak berguna dan tak akan ada seorang anakpun yang akan membeliku.
Benar saja, sekian lama aku disini tak ada seorang anakpun membeli diriku, bahkan menyentuhpun tidak. Yang membuatku sakit adalah ada seorang anak yang berkata pada ibunya, “ ibu, aku tidak mau melihat boneka itu, boneka itu sangat menyeramkan,cepat buang boneka itu !!!” .
Aku kembali berpikir,” apakah aku seburuk itu? Apakah ciptaan kakek tua ini gagal? Hingga anak-anak pun menganggap diriku sesuatu yang menyeramkan”. Boneka-boneka modern itu semakin metertawaiku, tapi aku terus mendongakkan kepala dan yakin suatu saat ada yang ingin memilikiku dan menyanyangiku dengan sepenuh hati.
Semakin lama warnaku semakin pudar dan tak menarik lagi seperti dulu. Wanita penjaga toko tiba-tiba datang menghampiriku, dia membawaku pergi dari rak tempat ku dan lainnya dipamerkan. Aku bertanya-tanya, akan dibawa kemana lagi aku ini? Boneka-boneka modern itu kembali mongolok-olok dan mentertawaiku. Aku tak memperdulikan apa kata mereka, aku hanya berpikir mungkin wanita ini akan memberikanku pada anaknya.
Wanita penjaga toko menghentikan langkahnya disebuah ruangan yang gelap dan pengap. Ya, itu adalah sebuah gudang. Ditempat itulah dia meletakkanku dan membiarkanku bersama barang-barang rongsokan lainnya. Kulihat juga disana banyak sekali boneka-boneka yang tak terjual seperti diriku, mereka sudah berputus asa dan pasrah dimakan para rayap.
Sudah bertahun-tahun aku ditempatkan di ruangan ini, setiap ada orang yang masuk aku berpikir mereka akan mengambilku kembali dan memainkan diriku. Tapi kenyataan berkata lain, mereka masuk hanya untuk meletakan boneka yang tak terjual sama sepertiku dulu. Boneka-boneka disni sama saja dengan boneka-boneka diluar sana, mereka selalu mentertawaiku karena aku masih percaya akan ada orang yang ingin memilikiku.
Semakin lama keyakinanku memudar, aku sudah berputus asa dan memasrahkan tubuhku dimakan rayap-rayap yang lapar. Tiba-tiba saja seorang lelaki gagah mengambilku dan membawaku pergi dari tempat mengerikan itu, seketika itu aku kembali bersemangat dan berbalik mengolok-olok yang lainnya.
Sesampainya dirumah lelaki itu, tiba-tiba saja dia melemparku ke dalam kobaran api yang sanagat panas. Seketika itu juga aku menjerit “ kenapa kau membuangku kesini? Apa salahku? Aku ini bukan chaki ataupun okoiku, tapi kenapa tak ada orang didunia ini yang ingin memilikiku?”. Tapi apa daya, mereka tak bisa mendengar jeritanku dan hanya bisa memandangku hingga badanku menjadi abu sepenuhnya.
Give me your comment please, cz your comment is really worth for me.... ^_^
Give me your comment please, cz your comment is really worth for me.... ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar