MAKALAH
INDONESIA
HARUS MENUTUP DIRI DARI KEBUDAYAAN BARAT / ASING
DISUSUN
DAN DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR
Dosen
Pengampu : Aqib Ardiansyah S.Ag
Disusun
Oleh :
1.
Tri Astuti
2.
Isna Fahimatul K
3.
Terristya Army
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP
ISLAM BUMIAYU
Tahun
Akademik 2011 /2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perubahan yang terjadi dalam
masyarakat merupakan perubahan yang normal. Pengaruhnyatersebar secara cepat ke
dalam kehidupan masyarakat. Bahkan perubahan yang terjadi di suatutempat di
belahan bumi satu bisa memengaruhi tempat di belahan bumi yang lain. Perubahan
yangterjadi akan semakin berkembang seiring berkembangnya kehidupan masyarakat
di era modernisasi dan globalisasi ini. Perubahan itulah yang memengaruhi
perilaku masyarakat dalam kehidupan.
Karakter manusia itu berbeda-beda
karena ini semua tergantung oleh sifat dan watak perilakunyamasing-masing
Inilah hal yang dapat kita pertanggung jawabkan mengenai pengaruh budaya asing
yang masuk keIndonesia. bagaimana upaya penanggulangannya agar supaya jati diri
kita sebagai manusia yang sejati tidakrusak.
Dalam tatanan kehidupan
yang telah mengalami kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang
informasi, tidak menutup kemungkinan bahwa pengaruh luar dalam proses
pendidikan tidak hanya sebatas pada adat istiadat dan budaya masyarakat di mana
proses pendidikan berjalan. Akan tetapi, budaya luar dalam hal ini budaya asing
akan mempengaruhi pendidikan di negara kita.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengaruh kebudayaan asing
dapat masuk ke Indonesia ?
2.
Apa saja pengaruh yang masuk ke
Indonesia ?
3.
Bagaimana cara menangkal pengaruh
kebudayaan asing ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masuknya
kebudayaan asing di Indonesia
Seperti yang kita tau, kebudayaan
asing bisa masuk ke Indonesia karena adanya proses penyebaran unsur-unsur baru
khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan
elektronik. Khususnya, globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan di bidang
komunikasi dunia.
Kebudayaan
asing dapat berpengaruh pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Ada
masyarakat yang dapat menerima adanya globalisasi, seperti generasi muda,
penduduk dengan status sosial yang tinggi, dan masyarakat kota. Namun, ada pula
masyarakat yang sulit menerima atau bahkan menolak globalisasi seperti
masyarakat di daerah terpencil, generasi tua yang kehidupannya stagnan, dan
masyarakat yang belum siap baik fisik maupun mental.
Unsur globalisasi yang
sukar diterima masyarakat adalah sebagai berikut.
a.
Teknologi yang rumit dan
mahal.
b.
Unsur budaya luar yang bersifat
ideologi dan religi.
c.
Unsur budaya yang sukar disesuaikan
dengan kondisi masyarakat.
Unsur globalisasi yang mudah
diterima masyarakat adalah sebagai berikut.
a.
Unsur yang mudah disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi masyarakat.
b.
Teknologi tepat guna, teknologi yang
langsung dapat diterima oleh masyarakat.
c.
Pendidikan formal di sekolah.
Perubahan
sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat, ada masyarakat yang dapat menerima
dan ada yang tidak dapat menerima. Perilaku masyarakat yang tidak bisa menerima
perubahan sosial budaya, di antaranya sebagai berikut :
1.
Perilaku masyarakat yang bersifat
tertutup atau kurang membuka diri untuk berhubungan denganmasyarakat lain.
2.
Masih memegang teguh tradisi yang
sudah ada.
3.
Takut akan terjadi kegoyahan dalam
susunan/struktur masyarakat, jika terjadi integrasikebudayaan.
4.
Berpegang pada ideologinya dan
beranggapan sesuatu yang baru bertentangan dengan idielogi masyarakat yang
sudah ada.
Masyarakat
tradisional cenderung sulit menerima budaya asing yang masuk ke
lingkungannya,namun ada juga yang mudah menerima budaya asing dalam
kehidupannya. Unsur budaya yang tidak dapat diterima oleh masyarakat adalah unsur
kebudayaan yang menyangkut sistem kepercayaan dan unsur kebudayaan yang
dipelajari taraf pertama proses sosialisasi.
B.
Pengaruh Kebudayaan Barat dalam Tatanan
Pendidikan Kita
Interaksi sosial dan budaya
yang dialaminya, juga dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan dari dalam
kehidupan mereka. Pada saat tersebut, mereka pun secara jelas sedang mengalami
goncangan-goncangan yang sering bermakna pada anggota badannya hingga membingungkan.
Dalam kehidupan antar bangsa
yang tidak dapat kita hindarkan adalah terdapatnya interaksi budaya dan norma
antar barat dan timur dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana kita ketahui dan
sadari setiap interaksi sosial akan memberikan pengaruh satu dengan yang lain,
baik langsung ataupun tidak langsung, sedikit ataupun banyak pengaruh tersebut
dapat berbentuk adaptasi yang positif, dalam arti tidak menimbulkan kegoncangan
dan permasalahan. Namun tidak jarang dapat merusak dan mencemaskan serta merugikan
kebudayaan bangsa yang dihormati dan diamalkan aspek-aspeknya. dalam kehidupan
sehari-hari bukan tidak mungkin akan terdesak dan semakin ditinggalkan oleh
mereka yang sangat tertarik, bahkan tergila-gila dengan unsur-unsur budaya
asing. Kenyataan menunjukan bahwa kadangkala orang timur yang terpesona dengan
kebudayaan barat akan hidup dengan pola kebarat-baratan dan antipati terhadap
budaya bangsa sendiri.
Salah satu gejala sosial yang paling sederhana, dapat dilihat pada
permasalahan perasaan malu. Jika dulu perasaan malu dominan dalam kehidupan
masyarakat, namun kini perasaan tersebut semakin menipis dan menguap, sehingga
melicinkan mereka untuk melakukan hal-hal yang semula di pandang kurang bahkan
tidak pantas. Di antara pengaruh dunia Barat yang tertanam pada bangsa
kita, khususnya anak usia sekolah adalah sebagai berikut:
1.
Selebmania
Seleb
berarti ternama, kesohor atau figur. Selebritis berarti orang
ternama, kesohor atau yang dijadikan figur, selebmania berarti pengagung berat tokoh-tokoh
ternama tersebut. Tokoh ternama yang dimaksud adalah artis atau mereka yang
terjun di dunia hiburan baik sebagai penyanyi, bintang film, sinetron, foto
model, peragawati, atau presenter dunia hiburan.
Selebmania,
kultusme atau kekaguman yang berlebihan terhadap artis. Sekarang sudah menjadi
wabah penyakit baru dikalangan remaja modern, para remaja dengan tanpa melihat
moral artis tetap saja tergila-gila dengan sosok artis idolanya. Bahkan tak terbatas sampai di
sana, merekapun berlomba meniru artis pujaannya itu.
2. Premium
Call
Untuk golongan menengah ke atas terutama mereka yang memiliki jaringan
telepon rumah dan headphone, perluang untuk berbuat maksiat terbuka lebar. Dan tak dapat dipungkiri ada juga premium call untuk
tujuan positif premium call pada hakekatnya merupakan salah satu kemudahan yang
dihasilkan oleh jaringan komunikasi pintar (intellegent network) dilingkungan
PT melalui premium call dapat diperoleh berbagai informasi yang mungkin
diperlukan masyarakat yaitu informasi yang mungkin diperlukan masyarakat yaitu
informasi umum/layanan masyarakat, hiburan, bisnis/ekonomi dan informasi
langsung.
Kenyataan
di lapangan premium call banyak disalah gunakan kini premium call bukan hanya
sebagai alat komunikasi saja. Tetapi bentuk hand phone kini dianggap sebagai
asesoris untuk pelengkap penampilan sebagai penambah gaya, modis dan trendy,
mereka merasa malu/tidak gaul kalau tidak mempunyai alat tersebut, dan dan
mereka tidak mau ketinggalan zaman sehingga apa pun caranya mereka lakukan
untuk bisa membeli alat tersebut.
3. Diskotik
dan Pub
Diskotik atau Pub sudah dikenal sejak zaman penjajahan. Tempat ini sudah
dimafhumi sebagai tempat maksiat. Diskotik bukan saja tempat ajojing atau
diskotik tapi juga khalwat, ikhtilat pamer aurat mejeng
tak karuan. Bahkan transaksi seks tempat tersebut dikenal pula sebagai tempat
mabuk-mabukan dan transaksi narkoba.
4. Punk
Club
Kelompok
punk muncul pertama kali pada tahun 1975. punk sendiri artinya bahasa slang
untuk menyebut penjahat atau perusak, sama seperti pendahulunya. kaum punk juga
menyatakan dirinya
lewat dandanan pakaian dan rambut yang berbeda. Orang-orang punk menyatakan
dirinya sebagai golongan yang anti fashion dengan semangat dan etos kerja
semuanya dikerjakan sendiri (do-it yourself) yang tinggi.
Ciri khas
dari punk adalah celana jeans sobek-sobek peniti cantel (safety pins) yang
dicantelkan atau di kenakan di telinga, pipi, aksesoris lain seperti swastika,
kalung anjing, dan model rambut spike-top dan mohican. Model rambut spike-top
atau model rambut standar kaum punk sementara model rambut mohican atau biasa
disebut dengan mohawk yaitu model rambut yang menggabungkan gaya spike-top
dengan cukur di bagian belakang dan samping untuk menghasilkan efek bentuk
bulu-bulu yang tinggi, atau sekumpulan krucut. Kadang-kadang mereka mengecet
rambutnya dengan warna-warna cerah seperti hijau menyala, pink, ungu dan
orange.
Punk adalah kelompok remaja radikal yang menentang berbagai bentuk
kemapanan hidup bebas tanpa aturan adalah kehidupan yang didambakannya.
Dandanan yang tidak karuan seperti itu bagi mereka sebuah kemajuan. Para orang
tua hendaknya dapat membentengi putra-putrinya dengan pondasi moral yang kokoh
agar anak tidak terjerumus dalam kelompok berbahaya ini.
5. Narkoba
dan Miras
Tidak ada hubungannya narkoba
dengan prestasi, gengsi, kemajuan zaman. Apalagi modernisasi narkoba (narkotik
dan obat-obatan berbahaya), naza (narkotika dan zat adiktif) atau ada yang
menyebut napza (narkotik psikopika dan zat adiktif) adalah produk zahiliyah
yang dibuat manusia yang kehilangan sifat kemanusiaannya. Karena itu sangatlah
hina remaja yang merasa modern dengan narkoba dan miras, yang saat ini ramai di
bicarakan di mana-mana.
Ekses negatif narkoba bukan
hanya terbatas pada kesehatan pisik dan psikis si pemakai, tapi juga akan
diikuti dengan ekses sosial ekonomi yang sangat merugikan. Perkelahian pelajar,
pencurian, perampokan dan kejahatan lainnya. Umumnya ekses dari narkoba dan
miras.
Jelaslah bahwa maraknya berbagai jenis narkoba dan
miras sekarang ini telah jelas-jelas membunuh para generasi muda yang
seharusnya memikul tanggung jawab sebagai generasi penerus.
6. Sex
Bebas
Ciri-ciri ideal mewujudkan negeri baldatun
thayyibatun warobbun ghafur yang diceritakan sejak dulu, semakin jauh panggang
dari api. Cita-cita itu hanya hinggap didunia impian dan sekedar fatamorgana yang
indah di pandang, namun realitasnya sangat menyakitkan. Saban hari kebebasan di
dengung-dengungkan, namun kenyataannya (kebebasan itu) hanya memperlebar borok
masa silam.
Kebobrokan semakin telanjang.
Indonesia makin terbelenggu syahwat (harta, tahta dan wanita), kenyataan
menjadi malapetaka dan ironisnya, Indonesia semakin tenggelam dalam hubungan
syahwat dan bermandikan birahi korupsi, kolusi, nepotisme, perselingkuhan,
perzinahan, pelecehan seksual dan obral aurat bukan barang yang aneh lagi.
Tapi masalahnya lain, jika
justru hal itu terjadi di negara yang dianggap sangat kental keagaamannya
seperti halnya di Indonesia, akan ditemukan disana unsur-unsur pelanggaran
birahi yang kental.
Munculnya dorongan seksual pada kaum remaja dipicu oleh perubahan dan
pertumbuhan hormon kelamin sebagai akibat dari kematangan mental dan fisik free
sex atau sex bebas, nampaknya sudah menjadi trend bagi remaja modern. Prilaku yang diadopsi dari
prilaku remaja barat ini seolah mendapat pembenaran media. Terbukti saban hari
tayangan mengenai free sex dan free love menjadi tema utama dalam sebagian
besar film dan sinetron yang di tanyangkan televisi. Akibatnya, para remaja
beranggapan seks bebas adalah hal yang lumrah diera modern ini.
Padahal sex bebas bukan saja
merusak martabat manusia, tapi juga dengan sengaja mensejajarkan diri dengan
binatang. Seks bebas atau zina sudah jelas dosa besar. Kehidupan muda-mudi
tingkat SMA dan perguruan tinggi yang umumnya mengaku Islami. Menurut berbagai
pemberitaan media, dan penuturan pakar seksologi, banyak dikalangan ini yang
berobat karena kelemahan di kelaminnya sebagian sudah terjangkit penyakit
seksual dan sebagain lagi baru gejala.
C.
Pendidikan Moral dan Budi Pekerti
Sebagai Solusi Menangkal Budaya Barat
Manusia Indonesia menempati posisi sentral dan strategis
dalam pelaksanaan pembangunan nasional, sehingga diperlukan adanya pengembangan
sumber daya manusia (SDM) secara optimal. Pengembangan SDM dapat dilakukan
melalui pendidikan mulai dari dalam keluarga, hingga lingkungan sekolah dan
masyarakat.
Salah satu SDM yang dimaksud bisa berupa generasi muda (young
generation) sebagai estafet pembaharu merupakan kader pembangunan yang
sifatnya masih potensial, perlu dibina dan dikembangkan secara terarah dan
berkelanjutan melalui lembaga pendidikan sekolah. Beberapa fungsi pentingnya
pendidikan sekolah antara lain untuk : 1) perkembangan pribadi dan pembentukan
kepribadian, 2) transmisi cultural, 3) integrasi sosial, 4) inovasi, dan 5) pra
seleksi dan pra alokasi tenaga kerja. Dalam hal ini jelas bahwa tugas
pendidikan sekolah adalah untuk mengembangkan segi-segi kognitif, afektif dan
psikomotorik yang dapat dikembangkan melalui pendidikan moral. Dengan
memperhatikan fungsi pendidikan sekolah di atas, maka setidaknya terdapat 3
alasan penting yang melandasi pelaksanaan pendidikan moral di sekolah, antara
lain : 1). Perlunya karakter yang baik untuk menjadi bagian yang utuh dalam
diri manusia yang meliputi pikiran yang kuat, hati dan kemauan yang
berkualitas, seperti : memiliki kejujuran, empati, perhatian, disiplin diri,
ketekunan, dan dorongan moral yang kuat untuk bisa bekerja dengan rasa cinta
sebagai ciri kematangan hidup manusia. 2). Sekolah merupakan tempat yang lebih
baik dan lebih kondusif untuk melaksanakan proses belajar mengajar.
3).Pendidikan moral sangat esensial untuk mengembangkan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas dan membangun masyarakat yang bermoral (Lickona, 1996 ,
P.1993).
Pelaksanaan pendidikan moral ini sangat penting, karena
hampir seluruh masyarakat di dunia, khususnya di Indonesia, kini sedang
mengalami patologi social yang amat kronis. Bahkan sebagian besar pelajar dan
masyarakat kita tercerabut dari peradaban eastenisasi (ketimuran) yang beradab,
santun dan beragama. Akan tetapi hal ini kiranya tidak terlalu aneh dalam
masyarakat dan lapisan social di Indonesia yang hedonis dan menelan peradaban
barat tanpa seleksi yang matang. Di samping itu system [pendidikan Indonesia
lebih berorientasi pada pengisian kognisi yang eqivalen dengan peningkatan IQ
(intelengence Quetiont) yang walaupun juga di dalamnya terintegrasi pendidikan
EQ (Emotional Quetiont). Sedangkan warisan terbaik bangsa kita adalah tradisi
spritualitas yang tinggi kemudian tergadai dan lebih banyak digemari oleh orang
lain di luar negeri kita, yaitu SQ (Spiritual Quetiont). Oleh sebab itu, perlu
kiranya dalam pengembangan pendidikan moral ini eksistensi SQ harus
terintegrasi dalam target peningkatan IQ dan EQ siswa.
Akibat dari hanyutnya SQ pada pribadi masyarakat dan
siswa pada umumnya menimbulkan efek-efek social yang buruk. Bermacam-macam
masalah sosial dan masalah-masalahh moral yang timbul di Indonesia seperti :
1). meningkatnya pembrontakan remaja atau dekadensi etika/sopan santun pelajar,
2). meningkatnya kertidakjujuran, seperti suka bolos, nyontek, tawuran dari
sekolah dan suka mencuri, 3). berkurangnya rasa hormat terhadap orang tua,
guru, dan terhadap figur-figur yang berwenang, 4). meningkatnya kelompok teman
sebaya yang bersifat kejam dan bengis, 5) munculnya kejahatan yang memiliki
sikap fanatik dan penuh kebencian, 6). berbahsa tidak sopan, 7). merosotnya
etika kerja, 8). meningkatnya sifat-sifat mementingkan diri sendiri dan
kurangnya rasa tanggung jawab sebagai warga negara, 9). timbulnya gelombang
perilaku yang merusak diri sendiri seperti perilaku seksual premature,
penyalahgunaan mirasantika/narkoba dan perilaku bunuh diri, 10). timbulnya
ketidaktahuan sopan santun termasuk mengabaikan pengetahuan moral sebagai dasar
hidup, seperti adanya kecenderungan untuk memeras tidak menghormati
peraturan-peraturan, dan perilaku yang membahayakan terhadap diri sendiri atau
orang lain, tanpa berpikir bahwa hal itu salah (Koyan, 2000, P.74).
Untuk merespon gejala kemerosotan moral tersebut, maka
peningkatan dan intensitas pelaksanan pendidikan moral di sekolah merupakan
tugas yang sangat penting dan sangat mendesak bagi kita, dan perlu dilaksanakan
secara komprehensif dan dengan menggunakan strategi serta model pendekatan
secara terpadu, yaitu dengan melibatkan semua unsur yang terkait dalam proses
pembelajaran atau pendidikan seperti : guru-guru, kepala sekolah orang tua
murid dan tokoh-tokoh masyarakat. Tujuan pendidikan moral tidak semata-mata
untuk menyiapkan peserta didik untuk menelan mentah konsep-konsep pendidikan
moral, tetapi yang lebih penting adalah terbentuknya karakter yang baik, yaitu
pribadi yang memiliki pengetahuan moral, peranan perasaan moral dan tindakan
atau perilaku moral (Lickona, 1992. P. 53 )
Pada sisi lain, dewasa ini pelaksanan pendidikan moral di
sekolah diberikan melalui pembelajaran pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) dan
Pendidikan agama akan tetapi masih tampak kurang pada keterpaduan dalam model
dan strategi pembelajarannya Di samping penyajian materi pendidikan moral di
sekolah, tampaknya lebih berorientasi pada penguasaan materi yang tercantum
dalam kurikulum atau buku teks, dan kurang mengaitkan dengan isu-isu moral
esensial yang sedang terjadi dalam masyarakat, sehingga peserta didik kurang
mampu memecahkan masalah-masalah moral yang terjadi dalam masyarakat Bagi para
siswa,adalah lebih banyak untuk menghadapi ulangan atau ujian, dan terlepas
dari isu-isu moral esensial kehidupan mereka sehari-hari. Materi pelajaran PPKn
dirasakah sebagai beban, dihafalkan dan dipahami, tidak menghayati atau
dirasakan secara tidak diamalkan dalam perilaku kehidupan hari-hari.
Dalam upaya untuk meningkatkan kematangan moral dan
pembentukann karakter siswa. Secara optimal ,maka penyajian materi pendidikan
moral kepada para siswa hendaknya dilaksanakan secara terpadu kepada semua
pelajaran dan dengan mengunakan strategi dan model pembelajaran seccara
terpadu, yaitu dengan melibatkan semua guru, kepala sekolah ,orang tua murid,
tokoh-tokoh masyarakat sekitar. Dengan demikian timbul pertanyaan,bahan kajian
apa sajakah yang diperlukan untuk merancang model pembelajaran pendidikan moral
dengan mengunakan pendekatan terpadu?
Untuk mengembangkan strategi dan model pembelajaran
pendidikan moral dengan menggunakan pendekatan terpadu ,diperlukan adanya
analisis kebutuhan (needs assessment) siswa dalam belajar pendidikan moral.
Dalam kaitan ini diperlukan adanya serangkaian kegiatan, antara lain : (1)
mengidentifikasikan isu-isu sentral yang bermuatan moral dalam masyarakat untuk
dijadikan bahan kajian dalam proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan
metode klarifikasi nilai (2) mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan siswa
dalam pembelajaran pendidikan moral agar tercapai kematangan moral yang komprehensif
yaitu kematangan dalam pengetahuan moral perasaan moral,dan tindakan moral, (3)
mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah dan kendala-kendala
instruksional yang dihadapi oleh para guru di sekolah dan para orang tua murid
di tua murid dirumah dalam usaha membina perkembangan moral siswa, serta
berupaya memformulasikan alternatif pemecahannya, (4) mengidentifikasi dan
mengklarifikasi nilai-nilai moral yang inti dan universal yang dapat digunakan
sebagai bahan kajian dalam proses pendidikan moral, (5) mengidentifikasi
sumber-sumber lain yang relevan dengan kebutuhan belajar pendidikan moral.
Dengan memperhatikan kegiatan yang perlu dilakukan dalam
proses aplikasi pendidikan moral tersebut, kaitannya dengan kurikulum yang
senantiasa berubah sesuai dengan akselerasi politik dalam negeri, maka
sebaiknya pendidikan moral juga dilakukan penngkajian ulang untuk mengikuti
competetion velocities dalam persaingan global. Bagaimanapun negeri ini
memerlukan generasi yang cerdas, bijak dan bermoral sehingga bisa
menyeimbangkan pembangunan dalam keselarasan keimanan dan kemajuan jaman.
Pertanyaannya adalah siapkah lingkungan sekolah (formal-informal), masyarakat
dan keluarga untuk membangun komitmen bersama mendukung keinginan tersebut ?
Karena nasib bangsa Indonesia ini terletak dan tergantung pada moralitas
generasi mudanya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kebudayaan asing bisa masuk ke
Indonesia karena adanya proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang
menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronik.
Khususnya, globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan di bidang komunikasi
dunia.
Di antara
pengaruh dunia Barat yang tertanam pada bangsa kita, khususnya anak usia
sekolah adalah sebagai berikut:
1. Selebmania,
yaitu kekaguman
yang berlebihan terhadap artis.
2.
Premium
Call, bentuk hand phone kini dianggap sebagai asesoris untuk pelengkap penampilan sebagai penambah gaya, modis dan
trendy, mereka merasa malu/tidak gaul kalau tidak mempunyai alat tersebut,
3.
Diskotik
dan Pub, Diskotik bukan saja tempat ajojing atau diskotik tapi juga ajang pamer
aurat tak karuan.
4.
Punk Club,
Punk adalah kelompok remaja radikal yang menentang berbagai bentuk
kemapanan hidup bebas tanpa aturan adalah kehidupan yang didambakannya.
5.
Narkoba
dan Miras, Ekses negatif narkoba bukan hanya terbatas pada kesehatan pisik dan
psikis si pemakai, tapi juga akan diikuti dengan ekses sosial ekonomi yang
sangat merugikan.
6.
Sek Bebas,
Munculnya dorongan seksual
pada kaum remaja dipicu oleh perubahan dan pertumbuhan hormon kelamin sebagai
akibat dari kematangan mental dan fisik free sex atau sex bebas, nampaknya
sudah menjadi trend bagi remaja modern.
B. Saran
Sebagai penutup
dari uraian makalah ini, penulis mengajak kepada semua pihak, khususnya
kalangan pendidikan dan orang-orang yang memiliki kewenangan dalam menentukan
arah pendidikan di negeri ini, untuk merumuskan kembali tentang tujuan
pendidikan kita, dan ranah-ranah mana saja yang harus mendapat penekanan dalam
proses pendidikan.
Dan perlu
diwaspadai tidak semua yang datang dari dunia luar itu membawa kepada kemajuan,
justru banyak hal-hal negatif yang datang sehingga dapat merusak tatanan
kehidupan bangsa, apalagi jika menerpa bangsa yang nilai pendidikannya rendah.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Quussy, Abd. Aziz, 1974, Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental, terjemahan Zakiyah Darajat,
Jakarta: Bulan Bintang.
Kamma, Lewwa. 2008. Merancang Pendidikan Moral
dan Budi Pekeri. Geogle.
Moh, Nur Abd-al-Hamid, 1977, Manhaj al-Tarbiyah an-Nabawiyah li al-Thifli, Terjemahan Kuswandi, dkk.,
Bandung: Hizan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar