Rasanya tubuhku masih lelah setelah menyusuri perjalanan
yang lumayan jauh. Tapi apa daya aku
harus membereskan barang-barangku sendiri bersama orangtuaku. Kami sekeluarga
berpindah ke Atlanta karena tugas ayahku yang seorang diplomat. Kuangkat
barang-barangku menuju kamarku yang bertema ungu dan spongebob. Aku sangat
menyukai hal-hal yang berbau ungu dan spongebob hingga banyak dari
barang-barangku yang bernuansa ungu dan spongebob. Aku juga mempunyai sebuah
boneka spongebob yang sangat aku sukai, aku memanggilnya boby. Aku lebih sering
mencurahkan isi hatiku padanya dibandingkan pada ayah dan ibuku.
Sekelompok remaja datang menghampiri kami. Mereka adalah
Caitlin, ryan, dan chaz. Mereka datang berniat untuk membantuku memindahkan
barang-barang. Meskipun kami baru saling mengenal, tapi kami sudah seperti
teman lama yang sudah bertahun-tahun bersahabat. Tak ada rasa canggung diantara
kami. Mereka adalah anak-anak yang sangat menyenangkan bagiku. Kami selalu
bercanda selama membereskan barang-barang hingga tak terasa semua pekerjaanpun
selesai dengan cepat.
Keesokan harinya Caitlin mengajaku menuju lapangan basket
tempat mereka saling berkumpul diarea kompleks rumah . Terlihat tiga anak
laki-laki yang sedang bermain basket. Aku dan Caitlin duduk disebuah kursi
taman untuk melihat aksi mereka. Tak lama kemudian mereka berhenti bermain dan
menghampiri aku dan Caitlin.
“hai
eve, cait apa kabar?” sapa chaz
“baik,”
jawabku dan Caitlin
“oh
ya eve, kenalkan ini justin”, kata ryan.
“aku
evelyn, panggil saja aku eve,” seraya menyodorkan tanganku pada justin.
“aku
justin”, balasnya sambil tersenyum manis padaku.
Seorang gadis tiba-tiba memeluk
justin dari belakang. Dari awal aku melihat gadis tersebut, aku sudah merasa
tak nyaman dengannya namun aku harus bersikap ramah pada semua orang agar aku
mendapatkan banyak teman dari tempat tinggalku yang baru ini. Rupanya ia adalah
jasmine, dia sangat tergila-gila pada justin. Dia juga terkenal dengan
reputasinya sebagai gadis yang judes, pemarah, egois dan keras kepala.
Terlihat juga dimata justin yang tak
suka dengannya. Justin segera melepaskan pelukan jasmine. Untuk mendapat
perhatian dari justin, jasminepun memberikan sebotol minuman dingin untuk
justin, namun usahanya itu gagal justin menolak pemberian jasmine. Tak
kehilangan akal jasmine mencoba merapikan rambut justin yang sama sekali tidak
berantakan. Ditepisnya kembali tangan jasmine dari rambut justin.
“justin,
kau ini kenapa? Baiklah, kubersihkan saja keringatmu,”
Dibersihkannya keringat justin yang ada dikening, tapi
sekali lagi justin mengalingkan
kepalanya.
“jasmine
perkenalkan ini evelyn, eve ini jasmine, eve baru pindah kesini kemarin” kata
Caitlin
“hai,
aku evelyn” sapaku pada jasmine
Jasmine hanya memandangku sinis dan
kembali mencari perhatian justin.
“kalian
terlihat mesra, apa kalian sepasang kekasih?” tanyaku lugu pada jasmine
“bukan
bukan, kami hanya teman biasa,”sahut justin
“oh,
kurasa aku harus pulang sekarang,”
“baiklah
aku juga ingin pulang, ayo eve,” ajak Caitlin
“kau
mau aku antar?” kata justin menawariku
“tak
perlu, aku bisa pulang bersama Caitlin.”
“baiklah
berhati-hatilah dijalan.”
Akupun tersenyum manis dan
melangkahkan kakiku pulang bersama Caitlin. Sementara aku pulang, jasmine
memaksa justin agar ia mau mengantarnya pulang. Tapi justin yang memang tak
suka pada jasmine malah pulang kerumahnya sendiri dan meninggalkan jasmine
bersama chaz dan ryan.
Tak kusangka diawal pertemuanku
dengan ryan, dia sudah membuatku jatuh cinta. Ku coba meminta pertolongan pada
Caitlin agar ia mau mendekatkanku pada ryan. Namun Caitlin menyuruhku agar aku
meminta pertolongan pada justin karena justinlah yang lebih dekat dengan ryan.
***
Aku dan ibuku membuat beberapa kue
untuk diberikan kepada beberapa tetangga kami sebagai tanda perkenalan. Malam
harinya, aku dan ibuku mengantarkan kue-kue tersebut pada para tetangga. Sampai
dirumah yang terakhir yang letaknya tepat didepan rumahku, ternyata itu adalah
rumah justin.
“Tok tok tok”
Kebetulan saat itu justinlah yang
membukakan pintu. Kuberikan kue yang kubuat bersama ibuku padanya dan
berbincang sedikit dengannya. Kemudian justin mengenalkan ibunya padaku dan
ibuku. Namanya mrs. Pattie, dia wanita yang ramah dan baik hati menurutku.
Keesokan harinya seperti biasanya,
setiap pagi kurenggangkan badanku dibalkon didepan kamarku. Rupanya setiap pagi
justin selalu memperhatikanku, letak kamar kami yang saling berhadapan
memudahkan justin untuk terus memperhatikanku.
Bergegas aku membasuh diri dan pergi
kesekolah dengan diantar ayahku. Aku memilih untuk bersekolah disekolah yang
sama dengan teman-temanku disini. Tak ada bangku kosong yang lain lagi dikelas
selain disebelah ryan dan disebelah justin. Kupilih duduk disebelah ryan agar aku
bisa lebih dekat dan mengenal ryan.
Waktu istirahatpun datang, kami
berlima, Aku, Caitlin, justin, ryan, dan chaz
pargi kekantin untuk sekedar mengisi perut kami dengan jajanan yang ada
disana.
“justin,
nanti malam kau ada acara tidak?” bisikku pada justin
“tidak,
memangnya kenapa?”
“bisakah
nanti malam kau menemuiku ditaman?”
“tentu
saja,” jawabnya semangat
“baiklah,
tapi kau jangan beri tahu siapapun tentang hal ini,”
“ok,
baiklah”
Malam harinya justin berdandan
sekeren mungkin karena ia mengira aku mengajaknya berkencan. Pada dasarnya dari
awal justin bertemu denganku, justin sudah merasakan jatuh cinta padaku, tapi
aku sama sekali tak menyadarinya.
Tak lama kemudian justin
menghampiriku dengan membawa sekuntum bunga mawar berwarna ungu yang ia sembunyikan
dibalik punggungnya.
“hai
justin,” sapaku
“hai
eve,” sambutnya
“aku
ingin berbicara sesuatu padamu.”
“aku juga ingin bebricara sesuatu padamu,”
“benarkah? kalau begitu bicaralah,”
“tidak, sebaiknya kau dulu.”
“baiklah,
aku menyukai ryan bisakah kau menolongku agar aku bisa menjadi kekasihnya? Kata
Caitlin kau dekat dengan ryan, bagaimana? Kau mau menolongku?”
Justin
terlihat shock mendengar perkataanku.
“umh,
baiklah akan kuusahakan sebisaku.” Jawabnya
Bahagia rasanya justin mau
menolongku, kuucapkan terima kasih padanya dan memeluknya. Kemudian aku pulang
kerumah karena ibuku menghubungiku dan menyuruhku untuk pulang.
“kenapa
jadi seperti ini? Kukira dia menyukaiku tapi ternya dia menyukai pria lain yang
tak lain adalah sahabatku sendiri,” bisik justin dalam hati.
Justin membuang bunga yang ia bawa
kedalam tong sampah dengan segala raut kesedihan yang tersirat diwajahnya. Esoknya
justin menceritakan kejadian semalam pada Caitlin. Justin mengakui bahwa
sebenarnya dia menyukaiku.
***
Justin berbincang denganku ditaman
untuk membicarakan tentang ryan, tapi tiba-tiba jasmine datang. Dia memakiku
dan mengusirku karena ia tidak suka jika aku dekat dengan justin. Akupun pergi
karena tak mau ribut dengannya, sebaliknya justin memarahi dan mengusir jasmine
atas perlakuannya padaku.
Sorenya jasmine menemuiku dirumahku
untuk berpura-pura meminta maaf padaku. Ia mengajakku kesebuah bukit, aku yang
memang tak tau apapun menuruti ajakan jasmine. Caitlin yang sedari tadi
memperhatikan aku dan jasmine melihat ada gelagat yang tak baik dari jasmine
lantas ia mengikuti kami dari belakang secara diam-diam.
Didorongnya aku oleh jasmine dari
atas bukit kesebuah jurang dan kemudian pergi meninggalkanku. Kuraih akar yang
ada disekitarku hingga menahanku agar tak jatuh kejurang. Caitlin segera
menghampiriku dan mencoba menolongku, namun tampaknya Caitlin tak sanggup
menolongku ia pun menghubungi justin, ryan, dan chaz. Tak lama kemudian mereka
datang, justin segera memberanikan diri merangkak kejurang dan menolongku.
Setelah aku berhasil tertolong lantas aku memeluk ryan.
“ryan
aku takut sekali, kupikir aku akan jatuh dan,…” isakku pada ryan
“sudahlah,
yang penting kau selamat sekarang” kata ryan menenangkanku dan mengajakku
pulang.
Terlihat raut muka justin yang sedih
karena aku lebih memilih memeluk ryan daripada memeluknya yang sudah susah
payah meolongku. Caitlin menahan tangan justin sementara aku dan yang lainnya
pulang.
“aku
tau perasaanmu, tapi kau harus tegar dan cobalah untuk bersabar”
“apa
aku tak pantas untuk eve?”, sahut justin
“tidak,
bukan begitu”
“tapi
kenapa eve tak sedikitpun melirikku?”
“mungkin itu belum saatnya justin, yang kulihat eve hanya mengagumi dan
menyukai ryan bukan mencintai ryan.”
“benarkah?”
“menurutku
sih seperti itu, tapi kau juga harus siap jika suatu saat nanti eve benar-benar
mencintai ryan.”
Malampun datang, entah mengapa aku
ingin sekali pergi ketaman. Lalu aku pun pergi ketaman dengan sudah memakai
piyama dan sambil membawa boby (boneka spongebob kesayanganku). Kucurahkan
semua isi hatiku pada boby termasuk perasaanku yang bingung terhadap sikap
jasmine padaku.
“boby,
kenapa jasmine begitu jahat padaku? Apa salahku hingga ia berbuat sejahat itu
padaku?” curahanku pada boby
“eve,
sedang apa kau disini malam-malam?” sapa justin secara tiba-tiba
“justin,
tidak aku hanya ingin mencari angin segar disini, oh ya bagaimana dengan ryan?”
“sebenarnya
aku belum membicarakan apapun pada ryan, tapi kau tenang saja nanti aku akan
segera berbicara pada ryan.”
Sekian lama berbincang dengan justin
membuatku ngantuk dan tak sadar tertidur dikursi taman. Justinpun menggendongku
dari taman sampai kekamarku. Dibaringkannya aku diatas kasurku yang empuk dan
bad covernya bergambar spongebob. Justin memandangku dan tersenyum melihat
kamarku yang bernuansa ungu dan spongebob.
“gadis
spongebob”, pikirnya dalam hati.
Justin memberikan ciuman selamat
malam dipipiku. Tak sadar aku mengigau dan memegang tangan justin.
“ryan
aku sayang padamu, jangan tinggalkan aku” ucapku.
Sekejap wajah justin berubah menjadi
sedih. Ia melepaskan tanganku dan bergegas pulang kerumahnya.
***
Untuk mengetahui apapun tentang
ryan, akhir-akhir ini aku sering berbincang dengan justin. Walaupun perasaan
justin sedih, tapi dia merasa sedikit senang karena dia bisa bersama denganku.
Sekian lama menjodohkanku dengan
ryan, akhirnya usaha justinpun membuahkan hasil. Aku dan ryan menjadi sepasang
kekasih sekarang. Mendengar hal itu, jasmine pun ikut merasa senang karena dia berpikir
tak akan ada orang lain lagi yang mengganggu hubungannya dengan justin.
“sepertinya
kau benar-benar harus melupakan eve,” ujar Caitlin.
“tapi
bagaimana caranya agar perasaanku pada eve bisa lenyap?”
“cobalah
belajar mencintai orang lain”, usulnya
“mencintai
orang lain? Tapi siapa?”
“jasmine,”
“apa?
Kau bercanda?”
“ayolah justin, jasmine sangat mencintaimu, berilah dia kesempatan untuk
memilikimu mungkin dengan begitu jasmine bisa berubah menjadi baik dan kau bisa
melenyapkan perasaanmu pada eve.”
Seharian justin memikirkan usulan
dari Caitlin. Ia pun memutuskan untuk menerima usulan tersebut dan menyatakan
cinta pada jasmine. Seperti yang bisa kita duga, jasmine menerima cinta justin
dengan senang hati. Entah mengapa aku merasakan perasaan yang aneh setelah aku
menngetahui jasmine sudah menjadi kekasih justin. Aku senang mereka menjadi
sepasang kekasih tapi aku sedih melihat kemesraan mereka apalagi pada saat
mereka berpelukan didepanku.
“kapan
perasaan itu muncul padamu?” Tanya Caitlin
“entahlah,
perasaan itu muncul begitu saja padaku,” kataku
“kau
tau, itu berarti kau cinta pada justin,” ujarnya
“benarkah
? tapi aku mencintai ryan,”
“buktinya
kau sedih melihat justin berpelukan dengan jasmine, itu berarti kau cemburu
padanya”
“lalu
bagaimana aku bisa menghilangkan perasaan ini? Aku tak mau menyakiti hati
ryan,”
“cobalah
kau menjauhi justin dan sering-seringlah kau jalan dengan ryan.”
Kebetulan malam ini ryan mengajaku
untuk makan malam. Ku rias wajahku secantik mungkin dan memakai gaun berwarna
ungu kesayanganku. Tak kuduga ternyata jasmine dan justin juga mekan malam di
restaurant yang sama denganku dan ryan. Jasmine mengajak kami makan malam
dimeja yang sama dengannya. Lagi-lagi kesedihan merajaiku ketika aku melihat
kemesraan yang terjalin antara justin dan jasmine.
“aku
tak boleh seperti ini, aku tak boleh menangis”, batinku.
Semakin lama, aku semakin tak tahan
melihat kemesraan mereka. Akupun mengajak ryan pulang dengan berpura-pura sakit
kepala. Didalam mobil aku sudah tak bisa lagi menahan air mataku, kubiarkan air
mataku yang mengalir deras dipipiku. Ryan yang tak mengetahui perasaanku yang
sebenarnya terlihat sangat khawatir padaku karena ia mengira sakit kepalakulah
yang menyebabkan aku menangis.
“eve,
apa itu sangat menyakitkan?” Tanya ryan khawatir.
“ya,
ini sangat menyakitkan,”kataku seraya memegang kepalaku dan berpura-pura
merintih.
“baiklah,
aku akan membawamu kerumah sakit sekarang,”
“tak
usah ryan, aku hanya perlu meminum obat dan beristirahat,”
“tapi
aku sangat khawatir melihatmu kesakitan seperti ini,”
“tak
apa ryan, aku hanya ingin pulang sekarang”
“baiklah
kalau itu maumu,”
Tak ada orang dirumah saat itu
karena orang tuaku sedang pergi menghadiri sebuah acara. Aku menangis sendiri
dikamar dan kebingungan memikirkan perasaanku pada justin. Sampai aku kelelahan
dan tertidur dengan masih menggunakan gaun yang kupakai.
***
Semakin lama aku dan justin saling
menjauhi satu sama lain, perasaan kami malah semakin dalam dan besar. Apalagi
akhir-akhir ini ryan semakin sibuk berlatih dengan tim basketnya karena tak
lama lagi mereka akan mengikuti sebuah pertandingan. Tak pelak akupun kesepian
dan tak hentinya memikirkan justin.
Suatu hari justin sudah tak tahan
dengan sifat jasmine yang keras kepala dan sangat kekanak-kanakan. Ia pun memutuskan
kisah cinta diantara mereka. Kebetulan ibu jasmine menikah lagi dengan
seseorang berkebangsaan Eropa sehingga ia harus mengikuti ibu dan ayah tirinya
pindah ke Eropa. Justin menceritakan hal ini pada Caitlin, ingin rasanya
Caitlin memberitahu justin bahwa sebenarnya aku juga mencintai justin namun ia
mengurungkan niatnya karena ia takut justin akan lebih mencintaiku dan
merebutku dari ryan.
Hari ini adalah hari pertandingan
basket tim ryan, kuberikan dia ciuman dipipinya agar dia lebih bersemangat dalam
mengikuti pertandingan. Sudah kuperingatkan sebelumnya agar ia tak melajukan
mobilnya dengan cepat namun nampaknya ia terlalu bersemangat. Ia pun berpamitan padaku dan melajukan
mobilnya dengan cepat.
Kuputuskan untuk melihat
pertandingan ryan setelah aku membeli sesuatu di sebuah mall. Tak sengaja aku
berpapasan dengan justin dijalan, lantas kamipun berbincang. Tiba-tiba ponselku
berdering, seseorang memberitahukanku bahwa saat ini ryan berada disebuah rumah
sakit. Ryan mengalami kecelakaan hebat dan lansung tewas ditempat kejadian. Tak
pelak air mataku pun mengalir deras, justin memelukku erat dan segera membawaku
kerumah sakit untuk melihat keadaan ryan.
Tubuhku terasa lemas dan tak
sadarkan diri setelah melihat mayat ryan yang tertutup kain putih dan terdapat
banyak bercak darah yang masih segar didalamnya. Justin pun membaringkanku
dikursi ruang tunggu dan berusaha menyadarkanku. Tak lama kemudian akupun
tersadar.
“mana
ryan?” tanyaku pada justin.
Justin hanya terdiam dan memelukku.
Air mataku kembali pecah saat aku menghadiri prosesi
pemakaman ryan. Sejak saat itu, aku berubah menjadi anak yang pendiam dan
seringkali murung. Aku merasa terpuruk karena bagaimanapun juga ryan pernah ada
dihatiku dan orang yang terakhir kali ryan temui adalah aku.
Justin terus melakukan berbagai cara
agar aku kembali menjadi anak yang ceria. Seringnya justin membawaku
jalan-jalan membuatku melupakan kesedihanku atas kematian ryan dan kembali
menjadi anak yang ceria. Perasaanku pada justinpun kembali muncul, jantungku
berdebar kencang saat aku berada didekat dengan justin begitu pula dengan
justin, ia pun merasakan hal yang sama denganku. Caitlin merasa bahwa sudah
saatnya justin menyatakan perasaanya padaku. Lantas ia dan justinpun membuat
sebuah rencana pernyataan cinta justin padaku dengan dibantu chaz.
Malamnya justin mengajakku untuk
candle light dinner disebuah bukit didekat rumah. Ada banyak sekali cahaya
lilin yang tersusun rapi yang kulihat disana. Jantungku semakin berdebar saat
tiba-tiba justin memegang kedua tanganku.
“eve,
maukah kau menjadi kekasihku?”,ucapnya
Sejenak aku terdiam, diambilnya
sebuah boneka hati berwarna ungu yang bertuliskan “this is my heart”.
“jika
kau mau menjadi kekasihku, peluklah hati ini dan jika kau menolakku buanglah
hati ini sejauh mungkin,” kata justin
Kupeluk hati yang berwarna ungu
tersebut dengan sangat erat. Tak pelak justinpun merasa sangat senang dan
memelukku. Tiba-tiba chaz dan caitlin muncul dari balik pohon.
“nah,
sekarang giliranku untuk menyatakan cintaku pada seseorang”, kata chaz
Kami semua kebingungan memikirkan
siapa gadis yang akan chaz maksud karena hanya ada kami berempat dibukit ini.
“cait,
maukah kau menjadi kekasihku? Sama seperti justin, jika kau mau menjadi
kekasihku, peluklah hati ini dan jika kau menolakku buanglah hati ini sejauh
mungkin,”
Caitlin mengambil boneka hati yang
berwarna ungu juga dari chaz dan membuangnya.
“begitu
ya? Baiklah aku akan pulang sekarang,” kata chaz
“tunggu,
aku tak mau hanya memeluk boneka itu aku mau memelukmu saja,” ujar caitlin
sambil tersenyum dan mengambil boneka yang ia buang.
“apa
itu berarti kau menerimaku?”
Catlin
mengangguk dan chazpun memeluk Caitlin. Malam itu menjadi malam yang sangat
membahagiakan bagi kami karena kami semua mendapatkan cinta yang kami inginkan.
Kami menghabiskan malam diatas bukit dengan ditemani terangnya cahaya bulan dan
bintang.
>>>FIN<<<