Blogger Widgets

Selasa, 01 Januari 2013

Purple Heart ♥ by Isna Fahimatul K



            Rasanya tubuhku masih lelah setelah menyusuri perjalanan yang lumayan  jauh. Tapi apa daya aku harus membereskan barang-barangku sendiri bersama orangtuaku. Kami sekeluarga berpindah ke Atlanta karena tugas ayahku yang seorang diplomat. Kuangkat barang-barangku menuju kamarku yang bertema ungu dan spongebob. Aku sangat menyukai hal-hal yang berbau ungu dan spongebob hingga banyak dari barang-barangku yang bernuansa ungu dan spongebob. Aku juga mempunyai sebuah boneka spongebob yang sangat aku sukai, aku memanggilnya boby. Aku lebih sering mencurahkan isi hatiku padanya dibandingkan pada ayah dan ibuku.
            Sekelompok remaja datang menghampiri kami. Mereka adalah Caitlin, ryan, dan chaz. Mereka datang berniat untuk membantuku memindahkan barang-barang. Meskipun kami baru saling mengenal, tapi kami sudah seperti teman lama yang sudah bertahun-tahun bersahabat. Tak ada rasa canggung diantara kami. Mereka adalah anak-anak yang sangat menyenangkan bagiku. Kami selalu bercanda selama membereskan barang-barang hingga tak terasa semua pekerjaanpun selesai dengan cepat.
            Keesokan harinya Caitlin mengajaku menuju lapangan basket tempat mereka saling berkumpul diarea kompleks rumah . Terlihat tiga anak laki-laki yang sedang bermain basket. Aku dan Caitlin duduk disebuah kursi taman untuk melihat aksi mereka. Tak lama kemudian mereka berhenti bermain dan menghampiri aku dan Caitlin.
“hai eve, cait apa kabar?” sapa chaz
“baik,” jawabku dan Caitlin
“oh ya eve, kenalkan ini justin”, kata ryan.
“aku evelyn, panggil saja aku eve,” seraya menyodorkan tanganku pada justin.
“aku justin”, balasnya sambil tersenyum manis padaku.
            Seorang gadis tiba-tiba memeluk justin dari belakang. Dari awal aku melihat gadis tersebut, aku sudah merasa tak nyaman dengannya namun aku harus bersikap ramah pada semua orang agar aku mendapatkan banyak teman dari tempat tinggalku yang baru ini. Rupanya ia adalah jasmine, dia sangat tergila-gila pada justin. Dia juga terkenal dengan reputasinya sebagai gadis yang judes, pemarah, egois dan keras kepala.
            Terlihat juga dimata justin yang tak suka dengannya. Justin segera melepaskan pelukan jasmine. Untuk mendapat perhatian dari justin, jasminepun memberikan sebotol minuman dingin untuk justin, namun usahanya itu gagal justin menolak pemberian jasmine. Tak kehilangan akal jasmine mencoba merapikan rambut justin yang sama sekali tidak berantakan. Ditepisnya kembali tangan jasmine dari rambut justin.
“justin, kau ini kenapa? Baiklah, kubersihkan saja keringatmu,”
Dibersihkannya keringat justin yang ada dikening, tapi sekali lagi justin mengalingkan  kepalanya.
“jasmine perkenalkan ini evelyn, eve ini jasmine, eve baru pindah kesini kemarin” kata Caitlin
“hai, aku evelyn” sapaku pada jasmine
            Jasmine hanya memandangku sinis dan kembali mencari perhatian justin.
“kalian terlihat mesra, apa kalian sepasang kekasih?” tanyaku lugu pada jasmine
“bukan bukan, kami hanya teman biasa,”sahut  justin
“oh, kurasa aku harus pulang sekarang,”
“baiklah aku juga ingin pulang, ayo eve,” ajak Caitlin
“kau mau aku antar?” kata justin menawariku
“tak perlu, aku bisa pulang bersama Caitlin.”
“baiklah berhati-hatilah dijalan.”
            Akupun tersenyum manis dan melangkahkan kakiku pulang bersama Caitlin. Sementara aku pulang, jasmine memaksa justin agar ia mau mengantarnya pulang. Tapi justin yang memang tak suka pada jasmine malah pulang kerumahnya sendiri dan meninggalkan jasmine bersama chaz dan ryan.
            Tak kusangka diawal pertemuanku dengan ryan, dia sudah membuatku jatuh cinta. Ku coba meminta pertolongan pada Caitlin agar ia mau mendekatkanku pada ryan. Namun Caitlin menyuruhku agar aku meminta pertolongan pada justin karena justinlah yang lebih dekat dengan ryan.

            ***
            Aku dan ibuku membuat beberapa kue untuk diberikan kepada beberapa tetangga kami sebagai tanda perkenalan. Malam harinya, aku dan ibuku mengantarkan kue-kue tersebut pada para tetangga. Sampai dirumah yang terakhir yang letaknya tepat didepan rumahku, ternyata itu adalah rumah justin.
“Tok  tok  tok”
            Kebetulan saat itu justinlah yang membukakan pintu. Kuberikan kue yang kubuat bersama ibuku padanya dan berbincang sedikit dengannya. Kemudian justin mengenalkan ibunya padaku dan ibuku. Namanya mrs. Pattie, dia wanita yang ramah dan baik hati menurutku.
            Keesokan harinya seperti biasanya, setiap pagi kurenggangkan badanku dibalkon didepan kamarku. Rupanya setiap pagi justin selalu memperhatikanku, letak kamar kami yang saling berhadapan memudahkan justin untuk terus memperhatikanku.
            Bergegas aku membasuh diri dan pergi kesekolah dengan diantar ayahku. Aku memilih untuk bersekolah disekolah yang sama dengan teman-temanku disini. Tak ada bangku kosong yang lain lagi dikelas selain disebelah ryan dan disebelah justin. Kupilih duduk disebelah ryan agar aku bisa lebih dekat dan mengenal ryan.
            Waktu istirahatpun datang, kami berlima, Aku, Caitlin, justin, ryan, dan chaz  pargi kekantin untuk sekedar mengisi perut kami dengan jajanan yang ada disana.
“justin, nanti malam kau ada acara tidak?” bisikku pada justin
“tidak, memangnya kenapa?”
“bisakah nanti malam kau menemuiku ditaman?”
“tentu saja,” jawabnya semangat
“baiklah, tapi kau jangan beri tahu siapapun tentang hal ini,”
“ok, baiklah”
            Malam harinya justin berdandan sekeren mungkin karena ia mengira aku mengajaknya berkencan. Pada dasarnya dari awal justin bertemu denganku, justin sudah merasakan jatuh cinta padaku, tapi aku sama sekali tak menyadarinya.
            Tak lama kemudian justin menghampiriku dengan membawa sekuntum bunga mawar berwarna ungu yang ia sembunyikan dibalik punggungnya.
“hai justin,” sapaku
“hai eve,” sambutnya
“aku ingin berbicara sesuatu padamu.”
“aku juga ingin bebricara sesuatu padamu,”
“benarkah? kalau begitu bicaralah,”
“tidak, sebaiknya kau dulu.”
“baiklah, aku menyukai ryan bisakah kau menolongku agar aku bisa menjadi kekasihnya? Kata Caitlin kau dekat dengan ryan, bagaimana? Kau mau menolongku?”
Justin terlihat shock mendengar perkataanku.
“umh, baiklah akan kuusahakan sebisaku.” Jawabnya
            Bahagia rasanya justin mau menolongku, kuucapkan terima kasih padanya dan memeluknya. Kemudian aku pulang kerumah karena ibuku menghubungiku dan menyuruhku untuk pulang.
“kenapa jadi seperti ini? Kukira dia menyukaiku tapi ternya dia menyukai pria lain yang tak lain adalah sahabatku sendiri,” bisik justin dalam hati.
            Justin membuang bunga yang ia bawa kedalam tong sampah dengan segala raut kesedihan yang tersirat diwajahnya. Esoknya justin menceritakan kejadian semalam pada Caitlin. Justin mengakui bahwa sebenarnya dia menyukaiku.

            ***
            Justin berbincang denganku ditaman untuk membicarakan tentang ryan, tapi tiba-tiba jasmine datang. Dia memakiku dan mengusirku karena ia tidak suka jika aku dekat dengan justin. Akupun pergi karena tak mau ribut dengannya, sebaliknya justin memarahi dan mengusir jasmine atas perlakuannya padaku.
            Sorenya jasmine menemuiku dirumahku untuk berpura-pura meminta maaf padaku. Ia mengajakku kesebuah bukit, aku yang memang tak tau apapun menuruti ajakan jasmine. Caitlin yang sedari tadi memperhatikan aku dan jasmine melihat ada gelagat yang tak baik dari jasmine lantas ia mengikuti kami dari belakang secara diam-diam.
            Didorongnya aku oleh jasmine dari atas bukit kesebuah jurang dan kemudian pergi meninggalkanku. Kuraih akar yang ada disekitarku hingga menahanku agar tak jatuh kejurang. Caitlin segera menghampiriku dan mencoba menolongku, namun tampaknya Caitlin tak sanggup menolongku ia pun menghubungi justin, ryan, dan chaz. Tak lama kemudian mereka datang, justin segera memberanikan diri merangkak kejurang dan menolongku. Setelah aku berhasil tertolong lantas aku memeluk ryan.
“ryan aku takut sekali, kupikir aku akan jatuh dan,…” isakku pada ryan
“sudahlah, yang penting kau selamat sekarang” kata ryan menenangkanku dan mengajakku pulang.
            Terlihat raut muka justin yang sedih karena aku lebih memilih memeluk ryan daripada memeluknya yang sudah susah payah meolongku. Caitlin menahan tangan justin sementara aku dan yang lainnya pulang.
“aku tau perasaanmu, tapi kau harus tegar dan cobalah untuk bersabar”
“apa aku tak pantas untuk eve?”, sahut justin
“tidak, bukan begitu”
“tapi kenapa eve tak sedikitpun melirikku?”
“mungkin itu belum saatnya justin, yang kulihat eve hanya mengagumi dan menyukai ryan bukan mencintai ryan.”
“benarkah?”
“menurutku sih seperti itu, tapi kau juga harus siap jika suatu saat nanti eve benar-benar mencintai ryan.”
            Malampun datang, entah mengapa aku ingin sekali pergi ketaman. Lalu aku pun pergi ketaman dengan sudah memakai piyama dan sambil membawa boby (boneka spongebob kesayanganku). Kucurahkan semua isi hatiku pada boby termasuk perasaanku yang bingung terhadap sikap jasmine padaku.
“boby, kenapa jasmine begitu jahat padaku? Apa salahku hingga ia berbuat sejahat itu padaku?” curahanku pada boby
“eve, sedang apa kau disini malam-malam?” sapa justin secara tiba-tiba
“justin, tidak aku hanya ingin mencari angin segar disini, oh ya bagaimana dengan ryan?”
“sebenarnya aku belum membicarakan apapun pada ryan, tapi kau tenang saja nanti aku akan segera berbicara pada ryan.”
            Sekian lama berbincang dengan justin membuatku ngantuk dan tak sadar tertidur dikursi taman. Justinpun menggendongku dari taman sampai kekamarku. Dibaringkannya aku diatas kasurku yang empuk dan bad covernya bergambar spongebob. Justin memandangku dan tersenyum melihat kamarku yang bernuansa ungu dan spongebob.
“gadis spongebob”, pikirnya dalam hati.
            Justin memberikan ciuman selamat malam dipipiku. Tak sadar aku mengigau dan memegang tangan justin.
“ryan aku sayang padamu, jangan tinggalkan aku” ucapku.
            Sekejap wajah justin berubah menjadi sedih. Ia melepaskan tanganku dan bergegas pulang kerumahnya.

            ***
            Untuk mengetahui apapun tentang ryan, akhir-akhir ini aku sering berbincang dengan justin. Walaupun perasaan justin sedih, tapi dia merasa sedikit senang karena dia bisa bersama denganku.
            Sekian lama menjodohkanku dengan ryan, akhirnya usaha justinpun membuahkan hasil. Aku dan ryan menjadi sepasang kekasih sekarang. Mendengar hal itu, jasmine pun ikut merasa senang karena dia berpikir tak akan ada orang lain lagi yang mengganggu hubungannya dengan justin.
“sepertinya kau benar-benar harus melupakan eve,” ujar Caitlin.
“tapi bagaimana caranya agar perasaanku pada eve bisa lenyap?”
“cobalah belajar mencintai orang lain”, usulnya
“mencintai orang lain? Tapi siapa?”
“jasmine,”
“apa? Kau bercanda?”
“ayolah justin, jasmine sangat mencintaimu, berilah dia kesempatan untuk memilikimu mungkin dengan begitu jasmine bisa berubah menjadi baik dan kau bisa melenyapkan perasaanmu pada eve.”
            Seharian justin memikirkan usulan dari Caitlin. Ia pun memutuskan untuk menerima usulan tersebut dan menyatakan cinta pada jasmine. Seperti yang bisa kita duga, jasmine menerima cinta justin dengan senang hati. Entah mengapa aku merasakan perasaan yang aneh setelah aku menngetahui jasmine sudah menjadi kekasih justin. Aku senang mereka menjadi sepasang kekasih tapi aku sedih melihat kemesraan mereka apalagi pada saat mereka berpelukan didepanku.
“kapan perasaan itu muncul padamu?” Tanya Caitlin
“entahlah, perasaan itu muncul begitu saja padaku,” kataku
“kau tau, itu berarti kau cinta pada justin,” ujarnya
“benarkah ? tapi aku mencintai ryan,”
“buktinya kau sedih melihat justin berpelukan dengan jasmine, itu berarti kau cemburu padanya”
“lalu bagaimana aku bisa menghilangkan perasaan ini? Aku tak mau menyakiti hati ryan,”
“cobalah kau menjauhi justin dan sering-seringlah kau jalan dengan ryan.”
            Kebetulan malam ini ryan mengajaku untuk makan malam. Ku rias wajahku secantik mungkin dan memakai gaun berwarna ungu kesayanganku. Tak kuduga ternyata jasmine dan justin juga mekan malam di restaurant yang sama denganku dan ryan. Jasmine mengajak kami makan malam dimeja yang sama dengannya. Lagi-lagi kesedihan merajaiku ketika aku melihat kemesraan yang terjalin antara justin dan jasmine.
“aku tak boleh seperti ini, aku tak boleh menangis”, batinku.
            Semakin lama, aku semakin tak tahan melihat kemesraan mereka. Akupun mengajak ryan pulang dengan berpura-pura sakit kepala. Didalam mobil aku sudah tak bisa lagi menahan air mataku, kubiarkan air mataku yang mengalir deras dipipiku. Ryan yang tak mengetahui perasaanku yang sebenarnya terlihat sangat khawatir padaku karena ia mengira sakit kepalakulah yang menyebabkan aku menangis.
“eve, apa itu sangat menyakitkan?” Tanya ryan khawatir.
“ya, ini sangat menyakitkan,”kataku seraya memegang kepalaku dan berpura-pura merintih.
“baiklah, aku akan membawamu kerumah sakit sekarang,”
“tak usah ryan, aku hanya perlu meminum obat dan beristirahat,”
“tapi aku sangat khawatir melihatmu kesakitan seperti ini,”
“tak apa ryan, aku hanya ingin pulang sekarang”
“baiklah kalau itu maumu,”
            Tak ada orang dirumah saat itu karena orang tuaku sedang pergi menghadiri sebuah acara. Aku menangis sendiri dikamar dan kebingungan memikirkan perasaanku pada justin. Sampai aku kelelahan dan tertidur dengan masih menggunakan gaun yang kupakai.

            ***
            Semakin lama aku dan justin saling menjauhi satu sama lain, perasaan kami malah semakin dalam dan besar. Apalagi akhir-akhir ini ryan semakin sibuk berlatih dengan tim basketnya karena tak lama lagi mereka akan mengikuti sebuah pertandingan. Tak pelak akupun kesepian dan tak hentinya memikirkan justin.
            Suatu hari justin sudah tak tahan dengan sifat jasmine yang keras kepala dan sangat kekanak-kanakan. Ia pun memutuskan kisah cinta diantara mereka. Kebetulan ibu jasmine menikah lagi dengan seseorang berkebangsaan Eropa sehingga ia harus mengikuti ibu dan ayah tirinya pindah ke Eropa. Justin menceritakan hal ini pada Caitlin, ingin rasanya Caitlin memberitahu justin bahwa sebenarnya aku juga mencintai justin namun ia mengurungkan niatnya karena ia takut justin akan lebih mencintaiku dan merebutku dari ryan.
            Hari ini adalah hari pertandingan basket tim ryan, kuberikan dia ciuman dipipinya agar dia lebih bersemangat dalam mengikuti pertandingan. Sudah kuperingatkan sebelumnya agar ia tak melajukan mobilnya dengan cepat namun nampaknya ia terlalu bersemangat.  Ia pun berpamitan padaku dan melajukan mobilnya dengan cepat.
            Kuputuskan untuk melihat pertandingan ryan setelah aku membeli sesuatu di sebuah mall. Tak sengaja aku berpapasan dengan justin dijalan, lantas kamipun berbincang. Tiba-tiba ponselku berdering, seseorang memberitahukanku bahwa saat ini ryan berada disebuah rumah sakit. Ryan mengalami kecelakaan hebat dan lansung tewas ditempat kejadian. Tak pelak air mataku pun mengalir deras, justin memelukku erat dan segera membawaku kerumah sakit untuk melihat keadaan ryan.
            Tubuhku terasa lemas dan tak sadarkan diri setelah melihat mayat ryan yang tertutup kain putih dan terdapat banyak bercak darah yang masih segar didalamnya. Justin pun membaringkanku dikursi ruang tunggu dan berusaha menyadarkanku. Tak lama kemudian akupun tersadar.
“mana ryan?” tanyaku pada justin.
            Justin hanya terdiam dan memelukku.
Air mataku kembali pecah saat aku menghadiri prosesi pemakaman ryan. Sejak saat itu, aku berubah menjadi anak yang pendiam dan seringkali murung. Aku merasa terpuruk karena bagaimanapun juga ryan pernah ada dihatiku dan orang yang terakhir kali ryan temui adalah aku.
            Justin terus melakukan berbagai cara agar aku kembali menjadi anak yang ceria. Seringnya justin membawaku jalan-jalan membuatku melupakan kesedihanku atas kematian ryan dan kembali menjadi anak yang ceria. Perasaanku pada justinpun kembali muncul, jantungku berdebar kencang saat aku berada didekat dengan justin begitu pula dengan justin, ia pun merasakan hal yang sama denganku. Caitlin merasa bahwa sudah saatnya justin menyatakan perasaanya padaku. Lantas ia dan justinpun membuat sebuah rencana pernyataan cinta justin padaku dengan dibantu chaz.
            Malamnya justin mengajakku untuk candle light dinner disebuah bukit didekat rumah. Ada banyak sekali cahaya lilin yang tersusun rapi yang kulihat disana. Jantungku semakin berdebar saat tiba-tiba justin memegang kedua tanganku.
“eve, maukah kau menjadi kekasihku?”,ucapnya
            Sejenak aku terdiam, diambilnya sebuah boneka hati berwarna ungu yang bertuliskan “this is my heart”.
“jika kau mau menjadi kekasihku, peluklah hati ini dan jika kau menolakku buanglah hati ini sejauh mungkin,” kata justin
            Kupeluk hati yang berwarna ungu tersebut dengan sangat erat. Tak pelak justinpun merasa sangat senang dan memelukku. Tiba-tiba chaz dan caitlin muncul dari balik pohon.
“nah, sekarang giliranku untuk menyatakan cintaku pada seseorang”, kata chaz
            Kami semua kebingungan memikirkan siapa gadis yang akan chaz maksud karena hanya ada kami berempat dibukit ini.
“cait, maukah kau menjadi kekasihku? Sama seperti justin, jika kau mau menjadi kekasihku, peluklah hati ini dan jika kau menolakku buanglah hati ini sejauh mungkin,”
            Caitlin mengambil boneka hati yang berwarna ungu juga dari chaz dan membuangnya.
“begitu ya? Baiklah aku akan pulang sekarang,” kata chaz
“tunggu, aku tak mau hanya memeluk boneka itu aku mau memelukmu saja,” ujar caitlin sambil tersenyum dan mengambil boneka yang ia buang.
“apa itu berarti kau menerimaku?”
            Catlin mengangguk dan chazpun memeluk Caitlin. Malam itu menjadi malam yang sangat membahagiakan bagi kami karena kami semua mendapatkan cinta yang kami inginkan. Kami menghabiskan malam diatas bukit dengan ditemani terangnya cahaya bulan dan bintang.



            >>>FIN<<<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar